Djawanews.com – Hari ini, 11 Juli dunia kembali memperingati Hari Populasi Sedunia. Setiap tahunnya, agenda tahunan ini diperingati untuk menyoroti salah satu permasalahan krusial akibat ulah manusia selain pencemaran lingkungan, yakni populasi atau jumlah penduduk dunia yang semakin membengkak.
Hari Populasi Dunia pertama kali dicetuskan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 11 Juli 1987, ketika jumlah penduduk dunia mencapai 5 miliar jiwa. Dalam studi terbarunya, PBB memprediksi bumi akan menghadapi krisis serius pada tahun 2050 akibat meledaknya jumlah manusia.
Sebuah studi lain pada tahun 2017 mengungkapkan kecepatan laju pertumbuhan jumlah penduduk dunia bahkan dapat mengganggu proses pembangunan berkelanjutan pada tahun 2030. Dan dalam tiga dekade ke depan, dunia diprediksi akan mendapatkan tambahan 2 miliar penghuni baru, di mana lebih dari separuhnya berasal dari sembilan negara padat penduduk, termasuk Indonesia.
Indonesia sendiri berdasarkan rilis terbaru Worldometer pada 9 Juli 2020 memiliki total populasi sebanyak 273.579.330.
Para ilmuwan memprediksi salah satu ancaman serius yang dihadapi negara dengan ledakan penduduk seperti Indonesia antara lain yaitu persoalan tingkah laku manusia yang dapat berpengaruh pada banyak aspek. Semakin banyak jumlah penduduk suatu negara, maka akan semakin beragam pula karakter manusianya. Semakin beragam karakter manusia, semakin besar kesulitan negara dalam mengatur miliaran penduduknya termasuk menyediakan aspek-aspek penting yang dibutuhkan masyarakat seperti hunian yang layak, sanitasi yang bersih, lapangan pekerjaan yang memadai hingga kesejahteraan sosial yang merata.
Untuk itu, salah satu program yang digalakkan pemerintah Indonesia untuk menekan laju pertumbuhan jumlah penduduk dengan cukup memiliki dua anak saja, seperti Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dihidupkan dari tahun ke tahun.