Kabupaten Malang jadi salah satu wilayah tertua di Indonesia. Tahun ini, Kabupaten Malang telah berusia 1.259 tahun. Malang memiliki era kejayaannya sendiri, terutama saat masa kerajaan masih berjaya di nusantara. Bahkan, hari jadi Kabupaten Malang yang diperingati setiap tanggal 28 November didasarkan pada sebuah prasasti, yakni Prasasti Dinoyo (Kerajaan Kanjuruhan). Prasasti tersebut merujuk pada suatu peristiwa yang dulu sempat terjadi di Malang.
Malang dan Kejayaannya di Masa Lampau
Prasasti Dinoyo adalah prasasti yang terbuat dari lempengan batu, yang di permukaannya terukir beberapa baris tulisan berhuruf Jawa Kuno dipadukan dengan bahasa Sansekerta. Dinoyo Prasasti ini ditemukan di sebelah Barat Laut kota Malang, Jawa Timur, tepatnya berada di Desa Dinoyo, sekitar 5 km dari Malang.
Prasasti Dinoyo yang ditemukan di Malang membuktikan bahwa kawasan tersebut sempat menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Kanjuruhan. Dalam prasasti itu juga diceritakan bahwa saat abad ke-8, ada sebuah kerajaan yang berpusat di Kanjuruhan yang dipimpin oleh seorang raja bernama Dewasimha.
Sebagai informasi, Dewasimha memiliki putera yang bernama Limwa yang kemudian berganti nama menjadi Gajayana setelah menjadi raja menggantikan ayahnya. Dalam Prasasti Dinoyo diceritakan pula pembangunan pemujaan untuk Dewa Agastya yang dibangun oleh sang raja.
Tempat suci pemujaan dewa tersebut diresmikan pada hari Jumat Legi tanggal 1 Margasirsa 682 Saka. Berdasarkan kalender Kabisat, tanggal tersebut merujuk pada 28 November 760. Tanggal ini yang kemudian menjadi dasar penetapan Hari Jadi Kabupaten Malang.
Kerajaan Kanjuruhan merupakan salah satu kerajaan yang bercorak Hindu di Jawa Timur. Berdiri sejak abad ke-8 M yang wilayah kekuasaannya berada di sekitar Kota Malang, tepatnya di daerah Dinoyo, Merjosari, Tlogomas, dan Ketawanggede. Kerajaan ini diperkirakan berada di zaman yang sama dengan kerajaan Tarumanegara dan kerajaan Kalingga.
Selain Kerajaan kanjuruhan, Kerajaan Singhasari atau biasa disebut dengan Singosari juga berada di kawasan Malang. Kerajaan tersebut diperintah oleh seorang raja bernama Akuwu Tunggul Ametung yang beristrikan Ken Dedes. Singhasari mengalami jatuh bangun dalam perjalanannya. Kejayaan Mataram menjadikan beberapa kerajaan di Malang berada di bawah kekuasaannya.
Kejayaan Kabupaten Malang tidak hanya terjadi di era kerajaan saja. Dikatakan dalam website resmi Kabupaten Malang, pada zaman VOC wilayah itu juga jadi salah satu wilayah paling strategis sebagai basis perlawanan, seperti halnya perlawanan Trunojoyo (1674 – 1680) terhadap Mataram yang saat itu dibantu pihak VOC.
Perkembangan Kota Malang mulai terlihat memang sejak hadirnya pemerintah Belanda di Indonesia. Di zaman kolonial, berbagai keputusan besar sangat berpengaruh bagi perkembangan Kota Malang. Misalnya dengan adanya UU Gula (suikerwet) dan UU Agraria (agrarischewet ).
Kedua Undang-Undang tersebut dikeluarkan oleh Belanda pada tahun 1870. Dengan UU tersebut, Malang melakukan berbagai pembenahan dan pembangunan besar-besaran.
Adanya UU Desentralisasi yang dikeluarkan pada tahun 1903 juga membuat perkembangan Malang semakin pesat. UU tersebut memungkinkan Kota Malang untuk berotonomi dan menjadi Kotamadya (gemeente).
Berbagai pembangunan yang terjadi di Malang memang tak bisa lepas dari jasa Pemerintah Belanda. Bahkan, rencana perkembangan Kota Malang sempat menjadi salah satu perencanaan kota terbaik di Hindia Belanda pada masanya.
Salah satu sosok yang dianggap sangat berjasa adalah jasa walikota Malang pertama, yaitu H.I. Bussemaker (1919-1929). Kota Malang sendiri ditetapkan sebagai Kotamadya pada tanggal 1 April 1914. Sejak saat itulah Malang semakin berkembang, dari sebuah Kabupaten kecil menjadi Kotamadya terbesar kedua di Jawa Timur.