Djawanews.com – Awal mula Saddam Husein diburu oleh Dunia Barat lantaran dugaan keterlibatannya dalam serangan 11 September 2001 yang menyasar Gedung World Trade Center (WTC) New York dan Departemen Pertahan Amerika Serikat (Pentagon) Amerika Serikat (AS).
Selanjutnya, Saddam diduga telah melakukan pengembangan senjata pemusnah massal oleh negara sekuta. Hingga Inggris dan AS kemudian melakukan invasi di Irak pada tahun 2003.
Atas invasi tersebut, rezim Saddam pun tumbang hingga dirinya harus melarikan diri dan bersembunyi di bunker bawah tanah. Barulah pada 13 Desember 2003, Saddam tertangkap pasukan gabungan AS dan sistem pemerintahan Irak berubah wajah.
Invasi AS ke Irak hingga sekarang masih menuai banyak spekulasi. Hal tersebut lantaran Irak memang salah satu negara di Timur Tengah dengan kekayaan minyak bumi lebih.
Kejayaan Irak di Masa Pemerintahan Saddam Husein
Pada masa pemerintahan awal Saddam Hussein, perekonomian Irak menanjak drastis. Dilansir dari Tirto, produksi minyak di masa awal pemerintahan Saddam bahkan mencapai 3,5 juta barel tiap harinya.
Pada tahun 1970, Irak mencetak rekor keuntungan minyak hingga USD21 miliar, dan kemudian di tahun 1980 semakin menggila menjadi 27 miliar Dollar AS.
Bank Dunia mencatat Produk Domestik Bruto (PDB) Irak di tahun 1980 mencapat USD53,406 miliar atau naik drastis dari tahun sebelumnya dengan perolehan USD37,816 miliar.
Meskipun demikian, kejayaan tersebut sedikit goyak ketika Kuwait menurunkan harga minyak hingga Irak menjadi kalang kabut dan pendapatan negara menjadi menurun.
Ketagangan antara Kuwait dan Irak semakin memuncak. Berbagai tudingan dilontarkan Irak ke Kuwait di antaranya tuduhan Saddam jika Kuwait mencuri Minyak dari negaranya lantaran melakukan pengeboran miring, hingga klaim masalah geografis negara Kuwait.
Otomatis Kuwait mengelak dari tudingan Irak tersebut dan menyatakan sebagai taktik Irak untuk melancarkan invasi militer. Hingga kemudian, pada 2 Agustus 1990 Irak melancarkan invasi militer ke Kuwait.
Invasi militer ke Kuwait tersebut kemudian dikecam PBB hingga pasukan gabungan yang dipimpin oleh Amerika Serikat terlibat dalam pertempuran bersejarah atau dikenal sebagai Perang Teluk I.