Djawanews.com – Jenius. Salah satu kata yang dapat menggambarkan sosok Andrea Pirlo di lapangan hijau. Ia adalah sebenar-benar jenderal di lapangan. Role deep lying playmaker yang menentukan arah serangan dan jalannya pertandingan.
Dari kakinya, gol-gol brilian tercipta, tak terkecuali ratusan gol bagi pemain lain, yang kerap ia manjakan dengan umpan-umpan akurat yang mengecoh lawan.
Insting sepakbola-nya tidak perlu lagi diragukan, ia merupakan satu dari sedikit pemain yang menggunakan otak ketika menggulirkan bola dan mengatur serangan. Seorang pemain dengan intelegensi tinggi dan penendang bebas kelas wahid, demikian sosok Andrea Pirlo.
Andrea Pirlo, sang arsitek
Menyoal keistimewaan Andre Pirlo di lapangan hijau, seorang Xavi Hernandez dan Johan Cruyff bahkan memuji kemampuan pemain kelahiran 19 Mei 1979 tersebut. Jika Xavi menyebut Pirlo sebagai pemain Italia terbaik yang pernah ia lihat, Cruyff memuji kejeniusan Pirlo sebagai arsitek lapangan hijau.
“Pirlo dapat melakukan apapun yang ia inginkan. Ia seorang jenius,” ungkap Johan Cruyff.
Jauh sebelum julukan Sang Arsitek melekat pada diri pemain legendaris berusia 41 tahun ini, bakat Pirlo sudah diakui mantan pelatih Timnas Italia, Cesare Prandelli sejak ia memulai karirnya di klub Brescia junior. Pradelli mengenang Pirlo sebagai pemain dengan gerakan khas yang menawan, sanggup meliuk dan melewati banyak pemain sebelum menyarangkan gol brilian.
Kendati memiliki bakat istimewa, karir Pirlo taklah selalu berjalan mulus, ia menempa dirinya sebagai playmaker ulung dengan begitu telaten dari tahun ke tahun. Setelah mendapatkan promosi dari klub Brescia Junior, Andrea Pirlo sempat berlabuh ke klub idolanya, Inter Milan. Di Inter Milan, Pirlo terseok-seok dan gagal tampil cemerlang, ia kemudian dipinjamkan ke Regina, sebelum akhirnya merapat ke klub rival Nerazzurri- AC Milan.
Di AC Milan, kedigdayaan Andrea Pirlo sebagai playmaker kelas satu mulai terendus publik sepakbola dunia. Ia begitu dielu-elukan fans, namun tidak bagi klub. Pemain istimewa ini dilepas begitu saja oleh otoritas klub ke Juventus. Konon kepindahan Andrea Pirlo ke Juventus merupakan salah satu faktor terbesar hilangnya kepercayaan fans I Rosonerri kepada manajemen klub dan berujung pada buruknya penampilan AC Milan hingga hari ini.
Namun bukan Pirlo namanya, jika tak sanggup memberikan sentuhan istimewa untuk skuat yang dibelanya. Bersama Juventus, penampilannya tak kalah menawan, ia memenangkan empat gelar Serie A, Coppa Italia, dan dua Supercoppe Italian. Sebelum akhirnya memutuskan berlabuh ke New York City FC dan pensiun.
Andrea Pirlo tidak perlu membuktikan apapun, ia telah meraih segalanya, mengangkat trofi Piala Dunia, Liga Champions dan puluhan gelar domestik di Italia. Tak heran, media France Football memasukannya dalam deretan 10 pesepakbola terbaik di dunia yang masih sanggup tampil prima di atas usia 36 tahun. Viva Pirlo!