Djawanews.com – Nama Utuy Tatang Sontani mungkin kurang beken di kalangan generasi milenial pecinta sastra. Padahal, dia adalah salah satu sastawan angkatan 45 yang termasyhur.
Nama dan karya Utuy nyaris terlupakan akibat tragedi politik 1965. Sastrawan kelahiran Cianjur 1 Mei 1920 ini pernah dikirim pemerintah Indonesia dalam Konferensi Pengarang Asia-Afrika di Tashkent, Uzbekistan pada 1958.
Saat itu, hubungan politik Indonesia dengan Uni Soviet baru mesra-mesranya.
Karenanya, banyak karya penulis Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia. Termasuk karya Utuy yang berjudul Tambera.
Pada 1 Oktober 1965, Utuy bersama sejumlah pengarang dan wartawan Indonesia pergi ke Beijing, China, untuk menghadiri perayaan 1 Oktober. Mereka datang ke acara itu atas permintaan pemerintah China.