Hari pahlawan selalu diperingati oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya pada tanggal 10 November. Peringatan ini tak bisa dilepaskan dari pertempuran warga Surabaya melawan pasukan Sekutu.
Hari ini, 74 tahun silam, tepatnya 10 November 1945 arek-arek Suroboyo yang terpacu semangatnya karena orasi Bung Tomo, bertempur melawan tentara inggris yang dipimpin oleh Mayor Jendral Robert Manserg.
Peperangan ini menjadi yang pertama bagi pasukan Indonesia setelah kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Pertempuran ini sekaligus menjadi salah satu peristiwa heroik dari sekian banyak pertempuran selama periode kemerdekaan.
Sejarah pertempuran 10 November di Surabaya
Pada 1 Maret 1942, tentara Jepang mendaratkan pasukannya di Pulau Jawa. Delapan hari kemudian, tepatnya pada 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa sayarat melalui perjanjian kalijati.
3 tahun kemudian, Jepang mengaku kalah kepada sekutu setelah Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di dua kota yakni Hiroshima dan Nagasaki pada bulan Agustus 1945.
Dalam kekosongan kekuasaan Jepang, Soekarno dan Hatta kemudian Memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Lalu, pada 25 Oktober 1945, Sekutu mendaratkan pasukannya di Surabaya dan pimpin oleh Brigadir Jendral Aubertin Walter Sothern (AWS) Mallaby. Kala itu, Surabaya digambarkan sebagai ‘benteng bersatu yang kuat (di bawah pemuda)’.
Lima hari kemudian, tepatnya pada 30 Oktober 1945, pasukan Inggris kehilangan sang komandan brigade dalam kerusuhan di depan gedung internatio.
Melansir Tirto, Kematian AWS Mallaby membuat murka pemerintah Inggris. Pada 1 November 1945, Inggris melabuhkan kapal perang HMS Sussex di Pelabuhan Tanjung Perak beserta kapal lain yang mengangkut 6 ribu sampai 8 ribu orang sipil yang baru saja dibebaskan dari kamp tawanan Jepang.
Pada 9 November, Mayor Jendral Robert Mansergh yang ditunjuk untuk menggantikan Mallaby memberikan ultimatum yang menyebutkan bahwa semua pimpinan dan masyarakat Indonesia yang bersenjata harus melapor dan menyerahkan senjatanya di tempat yang ditentukan.
Masih dari Tirto, Mansergh juga menuntut agar orang yang membunuh Mallaby segera diserahkan pada Inggris sebagai wakil Sekutu di Surabaya. Ultimatum tersebut diedarkan melalui udara keseluruh sudut kota.
Ia tak lupa meyuruh semua perempuan dan anak-anak untuk meninggalkan kota Surabaya sebelum pukul 19.00 malam. Namun Ultimatum itu kemudian ditolak oleh Gubernur Soerjo dan diumumkan melalui radio pada 23.00 malam serta akan melawan serdadu inggris sampai titik darah penghabisan.
Kala itu, pasukan darat Divisi Kelima milik Inggris sudah memenuhi kota Surabaya. Maka sejak pukul 06.00 pada 10 November 1945, Inggris menyerbu Surabaya dengan peralatan perang modernnya.
Kapal-kapal perang Inggris dan juga pesawat tempurnya menembakkan peluru ke daratan Surabaya. Pertempuran itu berlangsung selama tiga minggu.
Mengutip Tribunnews.com, sekitar 16.000 pejuang Indonesia gugur dalam pertempuran tersebut serta 200.000 rakyat sipil mengungsi dari Surabaya. Sedangkan korban dari pasukan Inggris dan India sekitar 2000 tentara.
Dalam pertempuran tersebut, arek-arek Surobyo berhasil ditumbangkan oleh pasukan Inggris dan harus dipukul mundur keluar kota. Kendati demikian, Indonesia tetap dianggap menang secara mental.
Peristiwa berdarah di Surabaya yang menelan ribuan korban jiwa tersebut telah menggerakkan perlawan rakyat di seluruh Indonesia untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah.
Banyaknya pejuang yang gugur dan rakyat sipil yang menjadi korban pada pertempuran 10 November ini kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan oleh Republik Indonesia.