Tarakan merupakan kota yang terletak di sebelah utara Kalimantan. Kota ini dekat sekali dengan perbatasan antara Indonesia dan Malaysia.
Di masa lampau, Tarakan digunakan nelayan sebagai tempat untuk bersantai sembari melakukan barter hasil bumi dan tangkapan ikan.
Melansir Wikipedia, menurut cerita rakyat, nama tarakan diambil dari dua kata Bahasa Tidung yakni ‘tarak’ yang berati bertemu dan ‘ngakan’ yang berarti makan. Secara harfiah dapat diartikan tempat para nelayan untuk makan dan barter hasil tangkapan dengan nelayan lain.
Tarakan disahkan menjadi kota administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1981. Lalu, pada Tahun 1997, statusnya diubah menjadi Kota Madya berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 29 Tahun 1997.
Peresmian Tarakan sebagai kota madya dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada 15 Desember 1997. Tanggal ini sekaligus digunakan sebagai hari jadi kota Tarakan.
Menurut data dari Badan Kependudukan Catatan Sipil dan Keluarga Berencana, Kota Tarakan atau Bumi Paguntaka memiliki jumlah penduduk sebanyak 253.026 jiwa. Kota ini terletak di sebuah pulau kecil.
Sebelum diresmikan menjadi kota madya, Tarakan dulunya hanyalah perkampugan kecil para nelayan, dan berkembang menjadi kota setelah ditemukan dan dieksploitasi sumber daya alamnya berupa minyak mentah.
Tarakan sempat jadi rebutan Belanda dan Jepang
Di masa lampau, Tarakan sempat menjadi daerah rebutan Belanda dan Jepang. Hal tersebut dikarenan bumi Tarakan mengandung cadangan minyak yang sangat besar.
Pada tahun 1896, sebuah perusahaan minyak Belanda Koninklijke Nederlandsche Petroleum Company menemukan sumber minyak yang melimpah di Tarakan. Sejak saat itu, Belanda menjadikan Tarakan sebagai wilayah kekuasaannya.
Kendati sumber minyak ditemukan pada 1896, namun eksploitasi baru diimplementasikan pada 1899.
Di tengah perjalanan, Belanda mendapat tekanan dari perusahaan minyak asal Amerika dan Inggris. Mereka ingin agar Belanda memberikan izin bagi perusahaan lain untuk melakukan pengeboran minyak di Tarakan.
Desakan itu membuat Belanda menerbitkan peraturan yang membolehkan perusahaan lain untuk melakukan eksploitasi minyak.
Lalu, di tahun 1912, perusahaan minyak asal Inggris, SHELL mengajukan kerjasama pengeboran minyak dengan Koninklijke Nederlandsche Petroleum Company.
Elaborasi diantara keduanya melahirkan perusahaan yang bernama Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM).
Masuknya Inggris dalam kegiatan pertambangan, membuat eksploitasi minyak di dalam perut bumi Tarakan semakin masif.
Aktivitas penambangan minyak di Tarakan sempat terhenti karena invasi tentara Jepang pada 11 Januari 1942. Saat itu, Negeri Matahari Terbit tersebut telah mengusai hampir seluruh negara di kawasan Asia Pasifik.
Saat perang dunia II sedang berkecamuk pada 1939-1945, Jepang mengendus ladang minyak di Tarakan. Mereka lantas mendaratkan serdadunya untuk menyerbu dan menggusur kekuasaan Belanda atas minyak di Pulau Tarakan.
Penguasaan ladang minyak sangat penting bagi Jepang untuk menghidupkan mesin perang dan menggerakkan roda industri dalam negeri Jepang.
Penyerbuan kurang lebih selama dua hari tersebut menimbulkan banyak korban di antara kedua belah pihak. Lebih dari separo prajurti Belanda tewas dalam penyerbuan tersebut, dan Jepang berhasil menjadi pemenang.
Setelah berhasil menguasai Tarakan, Jepang kemudian melakukan perbaikan seluruh ladang minyak yang telah di hancurkan oleh Belanda dengan mendatangkan tenaga buruh dari Pulau Jawa.
Proses perbaikan selesai di tahun 1944. Jepang pun langsung menggenjot produksi minyak dan menghasilkan 350.000 barel setiap bulan.
Setelah Indonesia merdeka, pengobran minyak dan gas alam di Tarakan diambil alih oleh perusahan minyak dan gas milik pemerintah, yakni Pertamina.
Aktivitas pengeboran semakin kencang pada masa orde baru. Jutaan barel minyak mentah produksi Tarakan kemudian di ekspor oleh pemerintah.
Hingga kini, eksploitasi sumber daya alam berupa minyak mentah masih terus dilakukan oleh pemerintah melalui anak usaha PT Pertamina (persero) Tbk. Yakni PT Pertamina EP (PEP).
Saat ini, Tarakan telah menjelma menjadi kota satelit dari Ibukota Provinsi Kalimantan Utara dan sekaligus menjadi gerbang utama utara Pulau Borneo dan penghubung antara Indonesia-Malaysia dan Filipina.
Selain menjadi kota penghasil minyak, Tarakan tumbuh menjadi kota sebagaimana asal usulnya di masa lampau, sebagai pusat perdagangan dan Jasa