Tonggak sejarah NU dalam kemerdekaan Indonesia sudah dimulai 19 tahun sebelum Soekarno mengumandangkan proklamasi.
Salah satu faktor dibentuknya NU, lantaran adanya kekhawatiran dari para kyai yang berasal kalangan tradisional dalam menanggapi adanya pemikiran Islam yang hendak melarang bentuk-bentuk amaliah kaum Sunni.
Sejarah NU dalam Kemerdekaan dan Berkebangsaan
Para kiai pesantren tradisional menganggap jika tradisi keilmuan dari para ulama pendahulunya masih relevan, sehingga diperlukan wadah dalam menampung aspirasi tersebut, sehingga dibentuklah Jam’iyah Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926 di Surabaya.
K.H. Hasyim Asy’ari adalah tokoh yang sangat berpengaruh dalam perjuangan NU, beliaulah Rais Akbar atau pemimpin pertama organisasi NU. Beliau juga yang merumuskan dasar organisasi dengan menulis dua kitab, pertama Kitab Qanun Asasi (prinsip dasar) dan Kitab I’tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah.
Pada masa penjajahan Jepang, sosok karismatik Hasyim Asy’ari melalui resolusi jihad yang dikemukakannya telah menginspirasi seluruh umat muslim pada waktu itu. Hal tersebut membuat pemberontakan dan perlawanan terhadap penjajah tidak pernah padam.
Peran NU dalam Persiapan Kemerdekaan
Tidak hanya menghimpun kekuatan fisik untuk berperang, NU juga mengupayakan jalur diplomasi dalam persiapan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan kemerdekaan Indonesia pada waktu itu telah menyita perhatian masyarakat dunia, terutama bagi Syekh Al-Amin Al-Husaini.
Dilansir dari NU.or.id, pada tanggal 3 Oktober 1944 Syekh Al-Amin Al-Husaini yang menjabat Ketua Kongres Muslimin se-Dunia mengirim surat teguran kepada Duta Besar Nippon di Jerman, Oshima.
Teguran berisi imbauan kepada Perdana Manteri Jepang Kuniki Koiso agar memikirkan nasib bangsa Indonesia—yang pada waktu itu mayoritas beragama Islam—dan mendesak untuk segera mengusahakan kemerdekaan.
Mengetahui mendapat dukungan dari masyarakat dunia, NU melalaui KH Hasyim Asy’ari membalas dukungan Syekh Al-Amin Al-Husaini dengan menjalin komunikasi dan berdiplomasi.
Sebelum Proklamasi, Soekarno Sowan ke Kyai Hasyim Asy’ari
Selain itu dibalik pemilihan tanggal 17 Agustus 1945, terdapat sosok Kyai NU yang memberikan masukan. Dikutip dari NU.or.id, beberapa hari sebelum memproklamasikan kemerdekaan, Soekarno diketahui pergi menemui Kiai Hasyim Asy’ari.
Hingga akhirnya Bung Karno memutuskan untuk memproklamasikan kemerdekaan pada hari Jumat di Bulan Ramadhan waktu itu. Sehingga dipilihkan 9 Ramadhan 1364 H atau 17 Agustus 1945 sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
Datangnya Soekarno ke Hasyim Asy’ari bukanlah tanpa sebab, hal tersebut dikarenakan NU merupakan organisasi Islam terbesar yang para petingginya pada masanya memiliki pengaruh besar dalam pergerakan massa.
Laskar Hizbullah dan Sabilillah yang dibentuk NU pada waktu itu adalah sebuah kekuatan skala nasional yang membantu perjuangan bangsa pasca kemerdekaan. Pasukan NU terbukti efektif dalam pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Sejarah NU dalam Kemerdekaan dibuktikan ketika seluruh rakyat Indonesia dan para santri mengusir penjajah dalam Agresi Militer Belanda II.