Djawanews.com – Bruce Lee berusia 32 tahun ketika ia meninggal di Hong Kong.
Aktor laga kelahiran California, 27 November 1940 itu menghabiskan separuh usianya untuk menekuni ilmu bela diri, dan dalam dekade terakhir hidupnya ia sangat tergila-gila membentuk tubuhnya sebagus mungkin.
Ia sangat terobsesi dengan kebugaran tubuh dan pola hidup sehat. Ia tidak merokok, tidak pula minum kopi, sangat sedikit mengonsumsi gula dan begitu ketat menjaga pola makannya, lalu apa yang menyebabkannya mati muda?
Sore di hari kematiannya pada Jumat, 20 Juli 1973, Bruce Lee sedang menghabiskan waktunya bersama Betty Ting Pei, seorang aktris film Taiwan berusia 26 tahun. Desas desus yang beredar ada hubungan khusus di antara keduanya, kendati Bruce Lee telah memiliki satu orang istri dan dua orang anak.
Sore itu Bruce Lee mengeluh tak enak badan dan sakit kepala. Betty lantas memberikannya obat pereda nyeri, Equagesic. Kelak obat tersebut menurut beberapa pakar kesehatan berperan besar terhadap kematian Sang Naga.
Setelah meminum obat itu, kondisi Bruce Lee tak kunjung membaik, Betty lantas menghubungi Raymond Chow dan seorang dokter yang kemudian merujuk Bruce Lee untuk dibawa langsung ke rumah sakit. Nahas nyawa Bruce Lee tak tertolong, tubuhnya terbujur kaku ketika tiba di rumah sakit.
Beberapa hari setelahnya, kematian Bruce Lee menjadi isu nasional, ribuan warga Hong Kong berduka dan berkerumun di depan Kowloon Funeral Parlour, tempat jenazah Bruce Lee disemayamkan.
Tahun demi tahun pasca kematian Bruce Lee, misteri kematian Sang Naga tak kunjung terang. Beberapa dokter mengaitkan kematiannya akibat pembengkakan otak yang diperparah obat pereda nyeri, Equagesic yang diberikan Betty Ting Pei.
Ada pula yang berpendapat, Bruce Lee mati akibat kebiasaannya mengonsumsi Hashish, obat pereda stres yang berdampak buruk pada fisiknya. Minimnya lemak pada tubuh Bruce Lee membuat efek buruk Hashish semakin menjadi. Akibat efek buruk obat itu, ia bahkan sempat kolaps dan nyaris tewas dua bulan sebelum meninggal.
Namun, Matthew Polly, penulis buku Biografi Bruce Lee: A Life, punya pendapat sendiri soal kematian Sang Legenda. Menurutnya Bruce Lee mati akibat mengalami stroke panas. Saat ia meninggal, Hong Kong sedang terik-teriknya, suhu saat itu berkisar 33 derajat Celcius.
Tubuh Bruce Lee tak mampu beradaptasi dengan cuaca panas, setelah ia mengangkat kalenjar keringatnya demi mengurangi produksi keringat berlebih dan menunjang penampilannya di film.
“Jika kalian kurang tidur, kehilangan berat badan dan tak punya kelenjar keringat, maka kemampuanmu menghadapi panas tak akan sebaik sebelumnya. Bahkan seorang laki-laki yang sehat pun bisa mati dalam kondisi seperti itu,” kata Polly dikutip dari CNN.