Hari Brimob (Brigade Mobil) Indonesia selalu diperingati Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) pada 14 November setiap tahunnya.
Korps Brigade Mobil merupakan salah satu unit tertua sekaligus menjadi wajah paramiliter di dalam organisasi Polri.
Melansir dari Wikipedia, Korps Brimob memiliki tugas utama seperti penanganan terorisme domestik, penanganan kerusuhan, penegakan hukum berisiko tinggi, pencarian dan penyelamatan, penyelamatan sandera serta menjinakkan bom.
Sejarah lahirnya Brimob
pada 1 Juli 1946, Perdana Menteri Indonesia (PM) Sutan Sjahrir memisahkan Jawatan Kepolisian Negara dari Kementerian Dalam Negeri dan menjadi lembaga independen yang bertanggung jawab terhadap PM.
Kendati demikian, bukan berati Indonesia tidak memiliki polisi sebelumnya. Di era 1943-1944, saat Republik masih berada di bawah pendudukan Jepang, militer negeri sakura membentuk polisi-polisi yang dididik oleh militer bagi warga Indonesia.
Langkah ini dilakukan Jepang karena posisi mereka yang sudah terhimpit dalam Perang Asia Timur Raya melawan Amerika Serikat.
Kemudian lahirlah organisasi militer seperti Pembela Tanah Air (PETA) Heiho, Keibodan serta Tokubetsu Keisatsu Tai (Pasukan Polisi Istimewa), cikal bakal Brimob) yang dibentuk pada April 1944.
Anggota dari Tokubetsu keisatsu Tai terdiri dari para pemuda-pemudi Indonesia yang dilatih langsung dari tentara Jepang.
Selain itu, kesatuan ini juga mendapatkan persenjataan yang sangat lengkap, mengingat statusnya yang paramiliter.
Pasca Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu, seluruh satuan militer dan paramiliter di Indonesia dibubarkan. Kendati demikian, Tokubetsu Kesatsu Tai masih diperbolehkan untuk memegang senjata.
Melansir Tirto, Pada 20 Agustus 1945 atau tiga hari setelah Indonesia merdeka, sekumpulan polisi istimewa yang tengah bertugas di Surabaya berkumpul untuk merencakan pelucutan senjata dan wewenang dari aparat-aparat Jepang.
Mereka itu adalah Ajun Inspektur I.Soetarjo, Komandan Polisi Surip, Komandan Polisi Abidin, Komandan Polisi Musa, dan Inspektur Polisi I.M Jassin.
Jassin dkk sadar ada persenjataan berat kesatuan mereka di gudang. Senjata itu masih masih tersimpan karena para atasan mereka yang merasa masih memiliki wewenang menjaga ketertiban meskipun Negeri Matahari Terbit sudah kalah kepada Sekutu pada 14 Agustus 1945.
Mereka lantas menahan orang-orang Jepang yang memimpin markas dan memutus sambungan telepon ke luar agar para pemimpin markas tak bisa melakukan komunikasi dengan orang Jepang lainnya. Tidak hanya itu, para Polisi Istimewa ini juga mengeluarkan perbekalan perang dan amunisi, termasuk mobil lapis baja dan truk.
Pagi harinya, tanggal 21 Agustus 1945, Jassin dan rekan yang sukses merebut senjata dan menahan orang-orang Jepang menggelar apel pagi. Mereka berikrar akan berdiri di belakang pemerintahan republik Indonesia yang baru lahir, dilansir dari Tirto.
Mereka juga mengumumkan, satuannya tidak lagi bernama Polisi Isitimewa, akan tetapi berubah menjadi Polisi Republik Indonesia.
Kesatuan yang di Pimpin M. Jassin itu menempatkan diri sebagai satuan tempur dengan persenjataan lengkap.
Saat mereka mendeklarasikan diri sebagai Polisi Republik, Indonesia masih belum memiliki tentara. Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang dianggap sebagai embrio tentara nasional baru dibentuk pada 22 Agustus 1945.
Pasca kelahiran BKR, lahirlah Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pada 5 Oktober 1945. Kendati demikian, Jassin dkk tak berminat untuk bergabung ke TKR. Mereka tetap memutuskan untuk menjadi Polisi.
Karena mememiliki persenjataan yang lengkap, satuan ini kemudian dilibatkan dalam pertempuran melawan Inggris pada 10 November 1945 di Surabaya.
Pada 14 November 1945, Perdana Menteri Indonesia Sutan Sjahrir membentuk kesatuan Mobil Brigade (Mobrig). Para polisi istimewa pimpinan Jassin masuk di dalamnya.
Mereka diberi kepercayaan untuk mengawal pejabat pemerintah, terutama PM Sjahrir dan Moh Hatta.
Di masa revolusi kemerdekaan, Mobrig ikut terlibat dalam sejumlah operasi militer, utamanya bertempur melawan tentara pendudukan belanda/sekutu. Mereka juga tercatat dalam penanganan pemberontakan PKI Madiun pada 1948.
Memasuki era 1950-an, kesatuan paramiliter ini terus dilibatkan dalam beberapa aksi militer untuk meredam separatisme di sejumlah daerah. Mereka diterjunkan dalam aksi-aksi konfrontasi dengan Malaysia dan aksi penyusupan ke Irian Barat.
Pada 1964, nama Mobil Brigade secara resmi berubah menjadi Brimob. Seiring dengan berjalannya waktu, Brimob memiliki dua kecabangan pokok, yaitu Gegana dan Pelopor.
Gegana memiliki tugas spesifik seperti penjinakan bom, penanganan KBR (Kimia, Biologi, dan Radioaktif), anti teror, dan Intelejen. Sedangkan cabang pelopor Korps Brimob bertugas untuk meredam huru-hara, menjaga obyek vital hingga perang geriliya secara terbatas.