Peristiwa Letusan Gunung Merapi pada tanggal (26/10/2010) mungkin masih belum hilang sepenuhnya dari ingatan, terlebih untuk warga Yogyakarta dan sekitarnya.
Selain mengambil puluhan nyawa akibat dari kiriman awan panas, salah satu gunung paling aktif di Indonesia ini juga mengambil nyawa sang juru kunci Merapi, Mbah Maridjan.
Meski sudah cukup lama, namun jejak-jejak letusan itu masih dapat ditelusuri di Kinahrejo, yang merupakan tempat tinggal Mbah Maridjan.
Kesetiaan dan Tanggung Jawab Mbah Maridjan
Sejak status Gunung Merapi ditingkatkan menjadi awas pada 25 Oktober 2010 lalu, warga yang berada di radius 10 km dari puncak gunung harus mengungsi. Masyarakat yang berada di daerah rawan bencana pun berbondong-bondong menyelamatkan diri.
Namun, ada satu orang yang enggan untuk meninggalkan kampung halamannya, yakni sang juru kunci Gunung Merapi, Mbah Maridjan alias Ki Surakso Hargo. Pria yang berusia 83 tahun tersebut, bersikukuh tetap tinggal di rumahnya, karena tanggung jawabnya sebagai juru kunci.
Meski sejumlah pihak telah berusaha membujuk juru kunci untuk mengungsi, namun lagi-lagi Mbah Maridjan tidak mau mengungsi dan tetap memilih untuk tinggal di kediamannya yang berjarak sekitar 6 km dari puncak Gunung.
“Saya masih betah tinggal di tempat ini. Jika saya pergi mengungsi, lalu siapa yang mengurus temmpat ini,” tutur Sang Juru Kunci Merapi sejak tahun 1982.
Bersikukuh untuk tetap tidak mengungsi, sebenarnya juga pernah ditunjukkan saat Merapi mengalami erupsi pada tahun 2006. Saat itu dirinya menolak untuk mengungsi, meskipun dibujuk langsung oleh Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X.
Mbah Maridjan tetap memilih tinggal di rumah untuk menepati janjinya terhadap mendiang Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang mengangkatnya sebagai juru kunci sejak 1982 untuk menjaga salah satu gunung paling aktif tersebut.
Tuhan berkehendak lain, Gunung Merapi meletus tepat pada Selasa (26/10) petang. Pria yang mengabdikan dirinya untuk menjaga Merapi itu tewas akibat terkena awan panas saat Gunung Merapi meletus. Mbah Maridjan ditemukan tak bernyawa di dalam rumahnya sendiri di kawasan Dusun Kinahrejo, Cangkringan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Mbah Maridjan kini telah tiada. Dia telah menepati janjinya untuk tetap setia menjaga Gunung Merapi hingga mengorbankan nyawanya sebagai taruhannya. Hal ini dilakukannya sebagai wujud tanggung jawab terhadap amanat yang diemban sebagai abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Terima kasih telah mengajari akan arti kesetiaan dan tanggung jawab, meski harus merelakan nyawa sebagai taruhan. Selamat jalan Mbah Maridjan, semoga Gusti Allah menerima amalan dan mengampuni dosa-dosa Mbah Maridjan.