Djawanews - Siapa yang sedih tak bisa mudik? Siapa yang sedih juga tak bisa berkumpul bersama keluarga besar di hari raya? Jangan terlampau sedih. Simak dulu cerita dari Nurul Husaini dan Wahyu Ardi Setiawan.
Nurul dan Wahyu adalah dua engamat Gunung Api Agung di Pos Pengamatan Gunung api (PGA) Agung, Rendang, Klungkung, Bali. Mereka berdua tak bisa bersama keluarga merayakan hari kemenangan umat Islam demi melaksanakan tugas negara, menjaga Gunung Agung, salah satu gunungapi yang masih aktif.
Kampung Nurul ada di Ciamis. Selain karena pandemi, Nurul juga harus saban waktu melihat aktivitas Gunung Agung. Nurul tetap bertugas di Pos PGA Rendang yang sudah menjadi tempat kerjanya sejak Agustus 2017.
"Biasanya setiap tahun kegiatan acara mudik tidak terlewat, sebelum ada pandemi dan erupsi Gunung Agung tahun 2017. (Tahun ini) Tidak bisa pulang, ya cukup sedih. Tapi karena sekarang sedang pandemi kita bisa memaklumi, kita juga harus ikut mencegah penyebaran virus Covid-19. Dengan hati yang gembira melaksanakan tugas ini, menjelang hari raya Lebaran," ujar pengamat yang memulai tugasnya mengamati Gunung Api Ibu di Halmahera tahun 2015 ini.
Tidak berbeda dengan Nurul, Ardi yang bergabung di Pos Rendang sejak Oktober 2017 juga merasakan hal yang sama, sedih, namun sudah kewajibannya melakukan tugas dengan baik. Tahun ini, dirinya tidak berkumpul dengan keluarganya yang berada di Banjarnegara, Jawa Tengah.
"Pastinya sedih, karena itu waktu yang ada cuma satu tahun sekali bisa bertemu keluarga. Tetapi karena ini tugas kita lakukan dengan baik. Setelah Salat Id kita langsung kerja seperti biasa. Sudah 2 tahun ini kami tidak mudik," ungkap Ardi.
Ardi juga merasa ada sesuatu yang hilang, karena di Pos PGA Rendang tidak terdengar lantunan takbir menjelang Hari Raya Idul Fitri, tradisi yang menandakan datangnya hari kemenangan. Tempat untuk melaksanakan Salat Id pun cukup jauh dari Pos PGA Rendang. Dia dan Nurul harus berkendara sekitar 30 menit untuk menuju lokasi Salat Idul Fitri.
"Sedih juga di sini tidak terdengar takbir. Saat Lebaran, suasana takbir yang bikin meriah, yang bikin kangen itu suara takbir, kemudian bisa bersilaturahmi sama keluarga dan teman. Untuk Salat Id, sekitar 15 kilometer dari Rendang, ke Kota Klungkung," tuturnya.
Walau harus merayakan Idul Fitri jauh dari keluarga, Nurul dan Ardi tetap bahagia, yang terpenting bagi mereka adalah bisa melakukan tugas dengan baik, sesuai sumpah mereka di awal pengangkatan sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN), tahun 2015 silam.
"Tidak ada rasa menyesal, karena dari awal kita berkomitmen kita ingin gabung dan bekerja sebagai Pengamat Gunungapi. Kalaupun ada risiko hal-hal yang di luar dugaan, itulah risiko suatu pekerjaan," ujar Nurul.
"Untuk perasaan itu (menyesal) kita kesampingkan dulu, yang penting kita bertugas dengan benar. Masyarakat bisa tahu informasi dari kita, itu adalah tugas yang harus kita laksanakan dengan baik," tutur Ardi menimpali rekannya.