Djawanews.com - Ahmad Nur Kusuma Yuda adalah seorang lelaki dengan wajah yang penuh tato. Yuda, sapaannya, kini kembali membagikan kisah perjalanan hijrahnya yang mengesankan.
Lelaki berusia 21 tahun ini sempat menjadi perbincangan saat video TikTok tentang dirinya viral beberapa waktu lalu. Yuda mengaku memang sangat dekat dengan tato sejak masih kecil.
Semua tatonya ia dapatkan ketika memulai kisah hidupnya di jalanan.
Yuda mengenyam pendidikan di bangku taman kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) di Klaten, Jawa Tengah. Setelah lulus SD, Yuda melanjutkan sekolah di pesantren dakwah di Salatiga.
Tak lama setelah itu, dia pun memutuskan untuk kabru lantara merasa tak betah di pesantren. Ayahnya sempat mengembalika Yuda ke pesantren. Namun dia tak kuat dan dipulangkan ke rumah.
Selama dua hari tinggal di rumah, Yuda memulai pencarian jati dirinya. Dia memilih untuk hidup sebagai anak punk di jalanan.
"Dulu saya pernah kabur dari pesantren. Memilih hidup di jalan. Nyari teman ke Semarang, lalu ke Jakarta. Terus jalan ke Merauke, Bali, dan Aceh," dikutip dari Kompas.com.
Yuda bertahan hidup di jalanan dengan berjualan kaos sablonan di acara-acara komunitas. Dia juga mengamen untuk mendapatkan uang. Yuda juga pernah mencoba untuk menjadi tukang tato di Bali.
Yuda kemudian bercerita tentang awal mula tato menutupi tubuhnya hingga memilih jalan untuk berhijrah.
"Sejak lulus SD sekitar umur 12 tahun, pertama kali di tato di bagian wajah, gambar air mata di dekat mata kanan dan kiri. Artinya, biar enggak cengeng dan tambah kuat. Awalnya enggak boleh, tapi saya bandel," katanya.
Yuda pun terus membuat tato. Mulai dari tangan, punggung, hingga menjalar ke wajahnya. Dia mengaku semua tato yang melekat di tubuhnya itu merupakan hadiah sebagai kenang-kenangan saat bertandang ke rumah teman dari berbagai kota.
"Ada gambar mata Dajjal di punggung, gambar Bunda Maria di lengan kiri, gambar muka setan di telapak tangan kiri, dan gambar Joker di lengan kanan. Lalu gambar bio mekanik di wajah. Kalau keluar kota dapat kenang-kenangan tato dari teman," ujarnya.
Jelang bulan Ramadha tahun lalu, Yuda mulai merenungi hidupnya dan memikirkan masa depan. Hatinya pun terketuk dan dia putuskan untuk berusaha tinggalkan masa lalunya.
Kini Yuda telah berhijrah. Dia sendiri mengaku tak berniat menghapus tatonya. Dia merasa tak menyesal. Buat dia, biar nanti di akhirat saja yang tahu bahwa keputusannya itu salah atau benar.
Yuda akhirnya memilih tinggal di Semarang karena dekat dengan keluarga, termasuk ayahnya. Dia mengaku proses hijrahnya sangat tidak mudah dan penuh rintangan. Apalagi karena dirinya sering dipandang sebelah mata oleh beberapa orang.
"Pandangan pertama orang-orang di masjid mereka tadinya pada takut. Pas waktu shalat banyak dilihatin orang. Mereka pada bingung. Tapi, yang penting saya sudah niat dan berusaha. Akhirnya sekitar sebulan mereka sudah mulai terbiasa dan menerima," katanya.
Kini Yuda menjalani hari-harinya dengan membantu mengurus masjid di Masjid Jami Al-Istiqomah, Pleburan, Semarang, Jawa Tengah. Di sana, Yuda turut memperdalam ilmu agama dan menghapal Alquran yang dulu sudah dikuasai hingga 24 juz.
Yuda juga menemui banyak ulama dan mempelajari lebih jauh lagi tentang ilmu dakwah. Yuda diberi nama Sa'ad Al-Maliki ketika dia bertemu dengan seorang ulama di Jawa Barat. Nama itu diambil dari salah satu sahabat Rasulullah SAW.
Yuda ingin hidupnya bisa bermanfaat untuk banyak orang. Dia pun bercita-cita untuk berdakwah ke berbagai pelosok negeri.
Yuda juga memiliki tujuan hidup membangun keluarga kecil, mendapatkan pekerjaan, serta membahagiakan orang tuanya.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di warta harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan update lebih cepat, ikuti juga akun Instagram @djawanews.