Djawanews.com - Korek api kayu dengan bungkus warna kuning ini, begitu terkenal pada masanya. Perannya memang mulai digantikan dengan kehadiran korek api gas. Tapi rasanya tidak berlebihan kalau kita sematkan kata 'legenda' pada korek api ini.
Korek api kayu ini memiliki bungkus warna kuning menyala. Ciri paling khas dari bungkusnya adalah tulisan yang sangat awam, 'Jonkopings Tandsticksfabriks Patent Paraffinerade,Sakerhets-Tandstickor utan svavel, och fosfor Tanda endast mot ladans plan'.
Itu adalah bahasa Swedia. Dan kata Jonkopings merujuk pada sebuah kota di Swedia yang terletak di selatan Swedia dekat Danau Vättern. Di kota ini juga ada sebuah museum sekaligus pabrik korek api. Dan kamu tak akan lagi menemukan museum korek api di belahan dunia lain selain di Kota Jonkopings.
Sejarah pabrik ini kami lansir dari situs resmi Perhimpunan Pelajar Indonesia di Swedia. Tahun 1800an sampai 1830, korek api yang beredar dianggap berbahaya karena mengandung fosfor. Kemudian Gustaf Erik Pasch menemukan formula korek api yang aman di tahun 1844. Dia menggunakan format batang kayu dengan pentolan ramuan bebas fosfor.
Delapan tahun kemudian, Johan Edvard Lundström membeli hak paten temuan Gustaf. Lundström kemudian coba menghilangkan bau belerang dan diganti dengan campuran yang terdiri dari stibnite (sejenis mineral), pati, kalium klorat dan cairan pengental.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun, Johan dan Carl Frans Lundström berhasil mendirikan sejumlah pabrik mulai dari surat kabar sampai jaringan gas. Duo kakak beradik ini menciptakan kemasan kardus yang kita kenal sampai sekarang.
Di ulang tahun yang ke-30, Johan Lundström sekaligus meresmikan berdirinya pabrik yang ketika itu berupa bangunan sederhana dan tergolong kecil. Kurun tahun 1864 - 1890 tercatat sebagai masa gemilang pabrik milik Lundström bersaudara sehingga berkembang dengan luas lahan mencapai 152.300 meter persegi (1894).