Djawanews.com - Orang-orang berdatangan ke wilayah Everest untuk mendaki dan menaklukkan gunung tertinggi di dunia tersebut. Namun ada kisah terbaru tentang pendakian Gunung Everest yang dilakukan oleh seorang tunanetra.
Kisah ini datang dari seorang pria bernama Zhang Hong. Dia adalah seorang lelaki asal Chongqing, China, yang berhasil menyelesaikan pendakian Gunung Everest pada Kamis (27/5/2021) lalu.
Keberhasilannya menginjakkan kaki di puncak Everest membuat Zhang menjadi tunanetra asal Asia pertama yang sukses memuncak di Gunung Everest. Dia pun menjadi orang ketiga di dunia yang berhasil melakukannya.
"Tidak peduli apakah Anda penyandang disabilitas atau normal, apakah Anda kehilangan penglihatan atau Anda tidak memiliki kaki atau tangan, tidak masalah selama Anda memiliki pikiran yang gigih, Anda selalu dapat menyelesaikan sesuatu yang dikatakan orang lain tidak bisa," kata Zhang.
Motivasi Taklukkan Everest
Zhang kehilangan pengelihatan pada usia 21 tahun karena glaukoma. Motivasinya terinspirasi dari Erik Weihenmayer, pendaki tunanetra pertama asal Amerika Serikat yang mendaki Everest pada 2001.
Weihenmayer sendiri diketahui telah berhasil mendaki tujuh puncak tertinggi di dunia (Seven Summits).
Pada usia 15 bulan ia didiagnosa mengidap retinoschisis dan mengidap kebutaan sejak usia 13 tahun.
Kesuksesan Weihenmayer ini membuat Zhang mulai berlatih di bawah bimbingan teman pemandu gunungnya, Qiang Zi. Dirinya berhasil menyelesaikan pendakian di puncak Himalaya setinggi 8.849 mdpl bersama tiga pemandu.
"Saya masih sangat takut, karena saya tidak dapat melihat arah saya berjalan, dan saya tidak dapat menemukan pusat gravitasi saya, jadi kadang-kadang saya merasa akan jatuh," kata Zhang.
"Tapi saya terus berpikir, karena meski berat harus menghadapi kesulitan-kesulitan itu, ini salah satu komponen pendakian, ada kesulitan dan bahaya, inilah arti dari mendaki."
Nepal diketahui telah membuka kembali jalur pendakian Gunung Everest pada bulan April lalu untuk pendaki internasional. Sebelumnya, Nepal menutup diri karena pandemi Covid-19.