Djawanews.com – Siapa bilang seorang cleaning service, office boy atau janitor tak bisa jadi miliuner atau orang terkaya. Pria asal Korea Selatan bernama Lee Su-jin telah membuktikan hal tersebut pada dunia.
Lee Su-jin hidup dalam kemiskinan sejak kecil. Ia tinggal dari satu kerabat ke kerabat lain untuk bisa hidup. Ketika usianya 23 tahun, dia memutuskan untuk bekerja sebagai janitor di sebuah love hotel, sebuah penginapan yang bisa di sewa per jam dan biasanya digunakan untuk aktivitas seksual di Korea Selatan.
"Hari demi hari, saya merasa sengsara tetapi bertahan," ujar Lee Su-jin.
"Rasanya seperti mimpi sekarang” tambahnya.
Dengan uang yang diperolehnya sebagai cleaning service, dia berinvestasi di saham dan memulai bisnis salad. Namun itu semua gagal. Meski begitu, kegagalan ini malah menjadi titik balik kehidupannya.
Lee Su-jin kembali ke hotel, tetapi bukan untuk bekerja sebagai janitor. Dia menggunakan pengetahuannya untuk membangun komunitas perhotelan mulai dari supplier handuk, tisu toilet, hingga pemilik hotel.
Pada 2007, Lee Su-jin meluncurkan aplikasi bernama Yanolja, artinya hey, let's play. Ini adalah aplikasi paling populer untuk memesan love hotel paling populer di Korea Selatan. Di Negeri ginseng itu, love hotel disebut motel.
Mantan cleaning service itu mencoba membujuk pemilik love hotel untuk membuang citra buruk mereka tentang kebusukan, seks, perselingkuhan dan bunuh diri. Ia ingin meningkatkan fasilitas untuk menarik lebih banyak pelancong bisnis, keluarga, dan turis.
Ternyata usahanya tak sia-sia. Ia berhasil mengubah citra love hotel di Korea Selatan dan mengembangkan bisnis berbasis cloud yang membantu hotel mengelola sistem reservasi dan analitik big data untuk memprediksi perilaku pelanggan.
Yanolja kini dilaporkan memiliki lebih dari rekanan lebih dari 17.000 hotel dan jumlah karyawan mencapai lebih dari 350 orang. Sebagian besar karyawan fokus dan riset dan pengembangan termasuk software dan desain.
Pada kuartal I-2022, pendapatan Yanolja mencapai 100,5 miliar Won atau setara US$80 juta, naik 19% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Laba bersih turun sedikit dari 9 miliar Won menjadi 8,8 miliar Won. Jadi apa yang dilakukan sang mantan cleaning service adalah menggunakan pengetahuannya.
Media lokal Korea Selatan menyebut Yanolja berencana mencatatkan sahamnya (IPO) di bursa Amerika Serikat (AS) pada kuartal ketiga 2022. Selain SoftBank, investor Yanolja adalah GIC Singapura, Booking.com, dan Skylake Investment yang dipimpin mantan eksekuti Samsung Electronics Chin Dae-jae.
Forbes menghitung, Yanolja memiliki valuasi sekitar US$6,7 miliar pada Juli 2021. Pemegang saham terbesar adalah SoftBank Vision Fund 2 dengan 35,3% saham. Adapun Lee Su-jin memegang 16,54% saham, istrinya dan kedua putrinya memegang masing-masing 5,18%.
Diperkirakan kekayaan keluarga mereka mencapai US$2 miliar atau setara Rp29 triliun (asumsi Rp14.500/US$). Jadi apa kisah cleaning service ini cukup menginspirasi Anda untuk mengikuti jejaknya menjadi orang yang sukses dalam berkarir.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.