Djawanews.com – Nur Widhi Setyabudi, anggota aktif komunitas pengawal ambulans, Indonesia Escorting Ambulans (IEA) Magelang Raya mengungkapkan awal mula terbentuknya komunitas tersebut.
Dibentuk pada tahun 2018, IEA mengkhususkan diri pada kegiatan sosial pengawalan mobil ambulans dalam keadaan darurat.
“Awal berdirinya karena keprihatinan kami melihat langsung kendaraan ambulans banyak menemui kendala saat dalam keadaan darurat. Sehingga kami mencoba untuk membantu pengawalan hingga ke rumah sakit dengan sukarela," ungkap Nur dikutip dari laman resmi Pemkab Magelang.
Warga Giritengah, Borobudur, Magelang itu mengatakan saat ini IEA memiliki 14 anggota aktif di seluruh wilayah Magelang yang siap mengawal ambulans secara langsung di jalan raya.
"Banyak juga kejadian mendadak melihat ambulans di jalan kemudian anggota kami memberikan kode kepada pengemudi ambulans untuk memberikan pengawalan. Kalau tidak mendadak, biasanya menggunakan formasi dua sepeda motor di depan sebagai pembuka jalan, dan tiga sepeda motor di belakang ambulans," terang Widhi menyoal mekanisme kerja IEA di lapangan.
"Oleh karenanya dalam pengawalan ambulans, anggota kami harus tetap menghargai kendaraan lainnya, melakukan pembukaan jalan dengan sopan, agar jalan menjadi terbuka dan kendaraan ambulans dapat melaju lancar hingga ke rumah sakit yang dituju,” katanya.
“Kalau dalam keadaan biasa, mengantar pasien rujukan, biasanya pengawalan dilakukan pada kecepatan 70-80 km/jam, kalau ambulance mengangkut pasien darurat maka kecepatan bisa melebihi kecepatan tadi," jelas Widhi.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di warta harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan update lebih cepat, ikuti juga akun Instagram @djawanews.