Khusunya bagi kalangan pemuda dan Mahasiswa, siapa yang tak kenal dengan naman Soe Hok Gie? Nama besar ini begitu lekat karena kiprahnya sebagai aktivis mahasiswa Indonesia keturunan Tionghoa yang lantang menolak pemerintahan otoriter.
Kehidupan Soe Hok Gie bisa dikatakan penuh dengan perjuangan dan filosofi. Gie menjadi simbol pemuda idealis yang tak gentar menentang kemunafikan dan mereka yang oportunis. Selain gemar mendaki gunung, ternyata banyak suri teladan yang diwariskan meski wafat di usia cukup muda yaitu 27 tahun. Berikut ini sisi lain Soe Hok Gie yang bisa diteladani.
4 Sisi Lain Soe Hok Gie yang Mengagumkan
Tidak Pelit Berbagi Ilmu
Melalui kesaksian buku bertajuk ‘Soe Hok Gie, Sekali Lagi: Buku, Pesta dan Cinta di Alam Bangsanya’ karya Yayuk Surtiati salah seorang wanita yang dekat dengan Gie. Ia menuturkan bahwa Gie adalah sosok senior yang bersedia menjadi mentor dan juga mengajarkan banyak hal. Gie adalah orang pandai dan tidak pelit membagi ilmu. Bagi temannya ia bagaikan ensiklopedi berjalan, tempat bertanya banyak hal mulai dari mata kuliah, sejarah, sastra, hingga persoalan cinta.
Kisah Asmara
Dalam banyak aspek kehidupannya, Soe Hok Gie memang bisa sangat percaya diri dan dewasa, tapi beda halnya ketika bicara soal asmara. Kala itu emosi Soe Hok Gie dinodai oleh ambiguitas dan kebingungan selama berbulan-bulan ini ketika ia berjuang mengatasi perasaannya terhadap ketiga gadis yang telah menjadi bagian penting dari kehidupannya. Di usianya yang ke 26 ia hanya bisa merasa iri kepada teman-temannya yang sudah menikah atau sudah mempunyai kekasih. Namun sampai meninggal belum ada bukti kuat ia memiliki serorang kekasih.
Kritis
Untuk sifat yang satu ini, tentu tidak diragukan lagi. Gie tank gentar mengkritik ketidakinginan untuk masuk ke sistem politik. Karena menurut Gie, politik adalah kotor seperti lumpur. Gie kecewa ketika sistem yang diperjuangkan dan diharapkan lebih demokratis malah berubah menjadi pemerintahan otoriter. Maka kritiknya terhadap pemeritahan dan isu-isu kemanusiaan terus ia gencarkan.
Rajin Menulis
Kenyataan bahwa Gie cukup gemar menulis adalah terbitnya buku hariannya pada tahun 1983, dengan judul Catatan Seorang Demonstran yang berisi opini dan pengalamannya terhadap aksi demokrasi. Gie dalam tesis universitasnya juga diterbitkan, dengan judul Di Bawah Lantera Merah. Selain buku harian, Gie juga dikenal sebagai penulis produktif di beberapa media massa. Sudah ada sekitar 35 karya artikelnya selama tiga tahun Orde Baru, sudah dibukukan dan diterbitkan dengan judul Zaman Peralihan (Bentang, 1995). Skripsi S1-nya yang mengulas soal pemberontakan PKI di Madiun, juga sudah dibukukan dengan judul Orang-orang di Persimpangan Kiri Jalan.
Demikian tadi, 4 sisi lain Soe Hok Gie yang semoga bisa menjadi inspirasi pemuda masa kini. Baca juga Catatan tentang Soe Hok Gie dan Kedekatannya dengan Prabowo