Djawanews.com – Parfum dari Timur Tengah telah lama dikenal karena aromanya yang kuat, eksotis, dan berkarakter, meninggalkan kesan mendalam hanya dalam satu semprotan. Namun, tak sedikit yang bertanya-tanya, mengapa wewangian ini terasa jauh lebih tahan lama dibanding parfum pada umumnya? Jawabannya terletak pada filosofi peracikan dan tradisi penggunaan bahan dasar non-alkohol.
Salah satu ciri khas utama parfum Timur Tengah adalah konsentrasi tinggi bahan-bahan aromatik tanpa campuran alkohol. Ini menghasilkan aroma yang lebih pekat, intens, dan menempel lama, baik di kulit maupun pakaian.
Tidak seperti parfum modern dari Barat yang biasanya menggunakan alkohol sebagai pelarut agar cepat menyebar di udara, parfum Timur Tengah memilih base oil (minyak dasar) yang mengikat aroma lebih lama.
Hal ini diungkapkan oleh Kamal Bhojwani, Director Al Haramain saat ditemui di Jakarta x Beauty 2025 di JCC Senayan.
"Extract-nya murni perfum, non-alcohol. Karena dia pure oil, enggak ada campur alkohol sama sekali. Nah ketahanannya berapa lama? Ini bisa tahan 24 jam dan tahan lama sekali," tutur Kamal Bhojwani, dari keterangan resmi Al Haramain.
Dari pernyataan tersebut, parfum yang mengandalkan bahan dasar non alkohol memiliki ketahanan aroma sangat tinggi, bahkan bisa mencapai seharian penuh. Ini menjadi nilai lebih bagi mereka yang mencari parfum tidak hanya untuk estetika, tetapi juga untuk efisiensi pemakaian jangka panjang.
Parfum Timur Tengah tidak hanya unggul dari sisi ketahanan, tetapi juga dari sisi harga. Filosofi industri wewangian di kawasan Timur Tengah adalah menyuguhkan kualitas tinggi dengan harga yang tetap terjangkau bagi berbagai kalangan.
"Parfum-parfum dari Timur Tengah, bedanya kalau Timur Tengah ini, mereka main di harga yang lebih affordable (terjangkau). Jadi, kualitasnya tinggi tapi harganya itu masih terjangkau," kata Kamal.
Pendekatan ini membuat parfum Timur Tengah semakin diminati di pasar internasional, termasuk Indonesia. Masyarakat lokal mulai mengapresiasi keunikan aroma oud, saffron, amber, hingga floral-oriental yang menjadi ciri khas parfum dari kawasan tersebut.
Selain itu, aroma yang disukai kerap berkaitan dengan pengalaman spiritual, seperti yang ditemukan pada salah satu produk populer dari Timur Tengah.
"(Best selling) Medina. Orang Indonesia, kalau misalnya lagi ke Arab untuk naik haji atau umrah, pasti belanjanya ini. Produk ini sebenarnya dari 20-25 tahun lalu sudah ada di Indonesia. Kayak saya baru 10 hari yang lalu saya ke Medan, saya ke pasar Arab, saya ketemu produk ini. Ini dijual berdasarkan ukuran yaitu 12 ml," ujar Kamal.
Fenomena ini menegaskan bahwa parfum non alkohol dari Timur Tengah telah lebih dahulu meresap dalam budaya dan kebiasaan masyarakat Indonesia, bahkan sebelum merek-merek resminya masuk ke pasar secara langsung.
Banyak dari mereka sudah mengenal aroma khas dari pasar Timur Tengah, khususnya saat menjalankan ibadah haji atau umrah, dan membawa pulang produk-produk wewangian yang kemudian digunakan dalam keseharian.
Jika dibandingkan dengan parfum dari Barat yang cenderung mengedepankan konsep freshness dan airy projection melalui kandungan alkohol, parfum Timur Tengah justru menekankan pada keintiman aroma.
Wangi parfum Timur Tengah tidak mudah hilang. Selain itu, wanginya juga melekat di kulit. Hal ini memberikan kesan personal dan spiritual. Inilah mengapa banyak orang merasa parfum Timur Tengah terasa lebih melekat dan otentik.