Djawanews.com – Rusia telah melakukan uji coba rudal balistik antar benua. Senjata rudal terbaru dari Rusia ini diklaim memiliki kemampuan jelajah tembak dengan kekuatan nuklir terbaik.
Senjata bernama rudal Sarmat ini diyakini Presiden Rusia Vladimir Putin akan membuat musuh negara berhenti dan berpikir ulang untuk melakukan perlawanan.
Uji coba rudal Sarmat telah lama ditunggu-tunggu dan untuk pertama kalinya dilakukan dari Plesetsk di barat laut Rusia dan mengenai sasaran di semenanjung Kamchatka, dengan jarak tempuh hampir 6.000 KM.
“Senjata yang benar-benar unik ini akan memperkuat potensi tempur angkatan bersenjata kita, memastikan keamanan Rusia dari ancaman eksternal dan menyediakan pemikiran bagi mereka yang dengan agresif mencoba mengancam negara kita,” tegas Putin, dikutip Reuters, Kamis 21 April.
Dengan adanya senjata baru ini, Putin lantas memperingatkan Barat bahwa setiap usaha untuk mengahalanginya hanya akan membawa mereka pada konsekuensi yang belum pernah ditemui dalam sejarah.
Putin juga menegaskan, bahwa tidak akan ada pertahanan anti rudal modern yang dapat menahan serangan rudal milik Rusia ini.
“Kompleks baru ini memiliki karakteristik taktis dan teknis tertinggi dan mampu mengatasi semua sarana pertahanan anti rudal modern. Senjata Ini tidak memiliki analog di dunia dan tidak akan lama lagi,” kata Putin.
Sementara itu, Kementrian Pertahanan Rusia mengatakan, bahwa rudal Sarmat ditembakkan dari peluncur pada pukul 15.12 waktu Moskow atau sekitar pukul 07.12 WIB.
Pihak Barat sendiri tidak terkejut dengan uji coba rudal Sarmat yang datang pada saat adanya ketegangan geopolitik ekstrim tersebut.
Jack Walting dari RUSI think-tank di London mengatakan, ada unsur sikap dan simbolisme yang terlibat pada uji coba rudal oleh Rusia.
“Waktu pengujian mencerminkan keinginan Rusia untuk menunjukkan sesuatu sebagai pencapaian teknologi menjelang hari Kemenangan tahunan Rusia, pada saat banyak teknologi mereka yang belum memberikan hasil yang mereka inginkan,” ujarnya.
Seperti diketahui, sampai saat ini Rusia masih melancarkan agresi militernya di Ukraina. Banyak korban jiwa akibat pertempuran tersebut. Dan kini hal itu mulai berimbas pada sektor ekonomi pada sejumlah negara.