Dilansir dari blog.netray.id: Beberapa waktu belakangan Billboard Times Square New York tengah ramai menjadi perbincangan netizen Indonesia. Bukan tanpa sebab, hal ini berkaitan dengan beberapa artis Indonesia yang berhasil mejeng di persimpangan kawasan penting kota New York itu. Layaknya papan reklame, deretan gedung tinggi di kawasan tersebut pun menampilkan berbagai artis-artis kelas atas dan internasional yang mengiklankan baik acara, maupun produk mereka. Namun bagi sebagian netizen Indonesia ini seolah menjadi kebanggaan tersendiri. Tren mejeng di Billboard Times Square membuat seolah para artis tanah air tersebut mampu menembus pasar Internasional. Lalu, apakah netizen menanggapi hal ini dengan serupa?
Netray memantau perbincangan netizen Twitter terkait tren Billboard Times Square sejak 21 September 2021 sampai dengan 30 September 2021. Melalui grafik di atas tampak sebaran laju perbincangan netizen dan indeks sentimen negatif yang justru mendominasi topik ini. Mengapa demikian? Bukankah Mejeng di Billboard Times Square merupakan hal yang patut dibanggakan?
Netray menggunakan kata kunci, artis indo && billboard, artis && times square, dan overproud untuk dapat menjaring perbincangan netizen terkait topik ini. Hasilnya, selama periode pantauan Netray perbincangan netizen terkait topik ini mencapai 2,444 total tweets dengan jumlah impresi mencapai 6,7 juta dan menjangkau 4.3 juta pengguna akun Twitter.
Mulai dari musisi, aktor, hingga model Indonesia tampak terpajang di baliho versi elegan kawasan penting di New York tersebut. Dikutip melalui laman fimela.com setidaknya terdapat 17 artis Indonesia yang pernah terpampang di Billboard Times Square New York. Beberapa diantaranya, Maudy Ayunda, Luna Maya, Gading Martin, Raisa, Weird Genius, Nadin Amizah, dan lain sebagainya. Wajah-wajah yang berhasil terpampang tersebut bukan tanpa alasan, seperti halnya baliho pada umumnya Billboard Times Square tersebut juga mengisyaratkan promosi suatu brand atau produk.
Dilansir melalui laman mojok.co khusus untuk Raisa, Nadin Amizah, dan Maudy Ayunda foto mereka bahkan terpajang di gedung Times Tower setinggi 25 lantai. Tarif pemasangan/Pasang billboard di sana yaitu sekitar 5.000 sampai 50.000 dollar AS atau kisaran Rp71 juta – Rp710 juta rupiah, tergantung berapa lama baliho raksasa tersebut terpasang. Hal ini tentu saja mendapat apresiasi dari masyarakat Indonesia yang turut bangga para penyanyi yang memiliki bakat tersebut berhasil menembus iklan berskala internasional. Namun mengapa belakangan tren ini justru mendapat tanggapan yang cukup sinis dari netizen hingga didominasi oleh sentimen negatif?
Berdasarkan penelusuran Netray melalui beberapa kata kunci yang digunakan untuk menjaring percakapan netizen terkait topik ini justru didominasi oleh istilah overproud. Mengapa istilah ini justru mendominasi topik perbincangan tren artis Indonesia mejeng di Billboard Times Square?
Dari MS Glow Hingga Erigo Mejeng di Billboard Times Square, Netizen; Overproud
Dikutip melalui mojok.co Awalnya, di tahun 2019, orang-orang sempat kaget melihat musisi Timur Tengah Amr Diab tiba-tiba muncul di billboard Times Square. Wissam Khodur tim Spotify Dubai, pernah mengatakan pada media bahwa ini memang hasil kerjanya. Dia memilih musisi potensial yang sekiranya bisa go internasional dengan beberapa kriteria tertentu. Tujuan Khodur jelas, Ia ingin menciptakan momen membanggakan buat musisi lokal agar tampil di muka internasional. Rumus ini akhirnya nggak hanya diterapkan di Timur Tengah, negara-negara kecil kayak Indonesia juga punya kesempatan secara bergantian untuk menampilkan musisi lokal.
Kini kesempatan tersebut juga turut diikuti oleh berbagai brand lokal Indonesia lainnya, seperti Erigo dan MS Glow yang juga turut memajang iklan mereka di Billboard Times Square tersebut. Menanggapi momen hal ini netizen justru banyak mengomentari dengan istilah overproud yang berarti membanggakan sesuatu atau seseorang secara berlebihan.
Agaknya sebagian Netizen menilai bahwa overproud merupakan stigma masyarakat Indonesia yang terbiasa takjub dan bangga akan produk atau seseorang yang populer di kancah Internasional. Hal ini dapat menjadi perhatian dan kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Indonesia. Fenomena inilah yang ditangkap oleh para marketing untuk dapat membuat brand mereka semakin diminati oleh masyarakat seperti halnya yang disampaikan oleh akun @AgusMagelangan yang menilai brand Erigo dan MS Glow berhasil memanfaatkan overproud publik Indonesia.
Sebagai wilayah yang luasnya hanya 0,1 persen dari keseluruhan wilayah kota New York, Times Square justru mampu menghasilkan uang hingga 10 persen dari total penghasilan di sana. Hal ini disebabkan Times Square memiliki 238 billboard yang mampu menghasilkan pendapatan hingga Rp 3 juta dollar atau Rp42 miliar tiap bulannya.
Dikutip melalui salah satu artikel mudanesia.com sebanyak 380.000 orang berjalan kaki setiap harinya di Times Square. Artinya dalam sebulan ada 11,4 juta orang lalu-lalang. Sebanyak 47 persen diantaranya mengunggah kegiatan mereka di tempat tersebut ke media sosial. Hasilnya, iklan yang dipasang di Times Square bisa mendapat impresi dari 1,5 juta orang tiap harinya. Akibatnya, gambar-gambar yang beriklan di Times Square menjadi pembicaraan masyarakat. Semakin banyak dibicarakan, brand mereka semakin dikenal.
Sayangnya, tren artis dan brand Indo mejeng di Billboard Times Square kini justru mendapat respon negatif dari netizen bahkan dinilai norak. Mereka menilai semua orang dapat menyewa baliho elegan tersebut asal dapat membayar harga yang mahal. Hal ini serupa dengan opini yang ditangkap melalui salah satu artikel mojok.co yang khawatir kalau kebanyakan artis muncul di Times Square, momen bangganya tiba-tiba luntur. Berasa dikit-dikit Times Square. Unsur “mengiklankan” wajah asing agar bisa dikenali justru menjadi tidak efektif.
Demikian hasil analisis Netray terkait tren Billboard Times Square New York yang belakangan tengah marak dan menjadi ajang bergengsi di Indonesia. Namun sayangnya, justru kini mendapat tanggapan sinis netizen hingga topik ini didominasi oleh sentimen negatif. Simak hasil analisis Netray lainnya melalui https://blog.netray.id/