Djawanews.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kini mungkin sedang pusing dan kliyengan tujuh keliling. Pasalnya, ia sendiri mencatat ada sederet ancaman besar yang bakal mengancam perekenomian Indonesia secara massive. Salah satu yang sudah diketahui banyak orang adalah COVID-19 varian baru, yakni Omicron.
Selain Omicron, ada pula permasalahan tapering dari Amerika Serikat (AS) hingga persoalan rantai pasok di China. “Kita waspadai ekonomi terutama dari dinamika global,” ungkap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita pada Selasa, 21 Desember.
AS alami inflasi tertinggi sepanjang sejarah, dengan realisasi terakhir 6,8%. Hal ini akan mempengaruhi kebijakan AS dalam mendorong perekonomian. Dalam waktu dekat akan dilakukan pengurangan stimulus lebih besar dari yang diperkirakan dan dilanjutkan dengan kenaikan suku bunga acuan di tahun depan.
“Hal ini sebabkan gejolak di pasar keuangan beberapa minggu terakhir,” jelasnya.
Diketahui aliran modal mengalir deras keluar (outflow) dari Indonesia dalam sebulan terakhir, berdampak terhadap kondisi nilai tukar rupiah.
Sri Mulyani Ungkap Risiko Inflasi dari China Selama Rantai Pasok Belum Diamankan
Di sisi lain, masih ada masalah dengan rantai pasok di China. Beberapa waktu lalu kondisi China sudah mulai membaik seiring respons oleh pemerintahan XI Jinping. Akan tetapi, Mulyani melihat masih ada risiko dari sisi inflasi, seiring belum membaiknya kondisi rantai pasok.
“Ini Harus kita lihat secara seksama,” tegas Mulyani.
“Maka dari itu yang harus kita waspadai pada saat masuk 2022. Dinamika ekonomi global baik ekspor impor, inflasi, nilai tukar rupiah dan komoditas,” papar Sri Mulyani.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.