Djawanews.com – Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj ketika mengisi mauidzah hasanah sekaligus membuka Konferensi Wilayah NU Jawa Barat di Grand Asrilia Hotel Bandung baru-baru ini menyampaikan masalah ketimpangan ekonomi di Indonesia.
“Sila-sila dalam pancasila sudah ada perkembangan. Terutama politik dan demokrasi sudah lumayan. Yang jauh panggang dari api yaitu sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Said Aqil, mengutip laman NU, Minggu, 31 Oktober.
Said melihat ketimpangan kepemilikan harta di Indonesia sangat kontras. Perbandingannya, kata Said, empat orang konglomerat setara dengan 100 juta masyarakat kecil Indonesia.
Selain itu sumber kekayaan alam dikuasai sebagian konglomerat dan merugikan masyarakat kecil.
“Kebanyakan orang miskin di sekitar sumber kekayaan. Pinggir laut, pinggir hutan dan pinggir tambang. Aneh, tambang batu bara dan penduduk sekitarnya melarat. Tambangnya milik orang Jakarta,” ucap dia.
Said menjelaskan, perekonomian Indonesia lebih berfokus pada pertumbuhan, bukan pemerataan. Bahkan jika ditelisik lebih jauh, ia menyebut yang tumbuh hanya pemilik modal dan konglomerat.
“Kita harapkan selain pertumbuhan, ada juga pemerataan,” ujar tokoh asal Cirebon ini.
Said Aqil juga menuturkan perihal ekonomi ideal seperti filosofi ketupat, konglomerat paling atas, jumlahnya sedikit, kelas menengah paling banyak dan kelas bawah atau penduduk miskin juga sedikit.
“Ekonomi sekarang kayak kukusan, konglomerat sedikit, kelas menengah sedikit dan kelas bawah paling banyak. NU harus selalu menyuarakan nasib fuqara dan masakin,” kata Said.