Djawanews - Ketua Umum PGI Pdt. Gomar Gultom begitu kaget. Dia seperti kehabisan kata-kata ketika tiba di Amanuban Selatan, wilayah di NTT yang porak-poranda diterjang Badai La Nina pada Minggu (4/4) lalu.
Gomar Gultom dan Direktur Yakoma PGI Philip Situmorang, sejak Selasa (13/4) lalu melakukan kunjungan pastoral ke sejumlah wilayah di NTT. Dalam kunjungan tersebut, Pdt. Gomar banyak menyaksikan daerah yang mengalami kerusakan luar biasa ketika datang ke Amanuban Selatan.
"Sepanjang perjalanan, saya menyaksikan kerusakan yang diakibatkan oleh musibah ini. Mendengar kisah-kisah memilukan dari para penyintas dan Sekum GMIT yang menemani perjalanan, sungguh menyayat hati. Saya tak mampu membayangkan derita yang harus mereka pikul,” ucap Gomar seperti dikutip dari laman resmi PGI, Kamis (15/4/2021).
“Menyaksikan sendiri tingkat kerusakan yang begitu parah, dan mendengar langsung kesaksian para penyintas, saya tak mampu berkata-kata. Saya baru tiga jam tiba di sini dan kecamuk hati saya tidak karuan melihat sisa-sisa badai ini. Saya, lagi-lagi, tak mampu bayangkan saat peristiwa itu terjadi," sambungnya.
Pdt. Gomar Gultom mengucap syukur dengan solidaritas gereja-gereja yang tergerak. Terlebih lagi para pelayan yang mengkoordinir posko-posko GMIT untuk bantuan. Pastori Ketum GMIT berubah menjadi “markas komando” penanganan bencana.
Namun bagi Gomar itu masih kurang. Dia berharap penggalangan dana untuk membantu korban di NTT harus lebih kencang lagi digerakkan. Dengan kerusakan yang demikian parah, dia menduga proses rekonstruksi akan makan biaya besar dan waktu yang lama.
Kehancuran terlihat dari beberapa lokasi yang dilanda banjir. Rumah-rumah yang kosong melompong, karena semua harta benda yang ada di dalamnya sudah tersapu banjir besar. Sementara di sebagian tempat lain, juga terlihat sisa-sisa bangunan rumah habis tuntas dihanyutkan arus deras. Belum lagi tak terhitung banyaknya ternak, seperti sapi, babi dan kambing, yang hilang lenyap dan hanya meninggalkan bau yang sangat memgganggu.
“Yang mencengangkan adalah ketabahan dan ketangguhan masyarakat, dan kebersamaan mereka dalam menghadapi badai ini. Hilang seluruh sekat di antara mereka, tak lihat latar belakang denominasi dll: mereka bersatu. Para pendeta melayani umat tanpa pandang bulu. Yang tak kalah mencengangkan saya, tak seorang pun mengeluh tentang hilangnya harta benda. Satu-satunya yang mereka sedihkan adalah punahnya Alkitab dari rumah-rumah, dan mereka berharap bisa segera mendapatkan bantuan Alkitab. Buat saya ini sangat luar biasa,” paparnya.
Dalam pertemuan dengan beberapa pendeta yang mengalami hal yang sama, diungkapkan Ketum PGI, terlihat semangat mereka tak surut sama sekali. Namun mereka menyayangkan banyaknya Alkitab dan buku-buku yang telah lenyap semua terbawa arus banjir yang sangat kuat.