Djawanews.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut kemungkinan pemerintah akan segera mencabut status pandemi COVID-19 di Indonesia. Rencana peralihan status pandemi menjadi endemi ini ditengarai kondisi penyebaran kasus yang sudah mulai mereda.
Hal itu disampaikan Jokowi dalam peluncuran Gerakan Kemitraan Inklusif untuk UMKM Naik Kelas di Jakarta.
"Pandemi memang sudah mulai mereda. Mungkin sebentar lagi juga akan kita nyatakan pandemi sudah berakhir," kata Jokowi dikutip dalam YouTube Sekretariat Presiden, Senin, 3 Oktober.
Meski krisis kesehatan telah membaik, namun Jokowi menekankan bahwa situasi ekonomi dunia saat ini pada posisi yang tidak baik-baik saja. Kondisi ekonomi semua negara berada pada posisi yang sangat sulit.
"Pemulihan ekonomi pascapandemi memang belum pada kembali normal tapi justru semakin tidak baik karena selain pandemi, ditambah lagi karena adanya perang di Ukraina. kita tahu saat ini krisis pangan, krisis energi, krisis finansial sedang terjadi," ungkap Jokowi.
Sebagai informasi, Indonesia tengah bersiap menuju endemi COVID-19. Persiapan melepas status pandemi ini akan dimulai secara bertahap pada awal tahun 2023. Hal ini didasarkan pada parameter penilaian COVID-19 yang terus melandai.
Walau demikian, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril menyebut kewaspadaan terhadap adanya kemungkinan mutasi virus tetap dilakukan. Mengingat, saat ini masih ada 8 provinsi yang mengalami peningkatan kasus.
"Masih ada 8 provinsi di Indonesia yang mengalami peningkatan kasus selama satu minggu terakhir yaitu Daerah Istimewa Yogyakarta, Bangka Belitung, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Utama. Sementara 26 provinsi yang lain terjadi penurunan kasus harian," kata Syahril.
Secara nasional, melandainya kasus COVID-19 didasarkan pada sejumlah parameter, mulai dari angka kasus hingga penggunaan tempat tidur perawatan COVID-19.
Parameter pertama terlihat penurunan kasus konfirmasi mingguan sejak Agustus minggu ketiga. Saat ini rata rata angka kasus harian COVID-19 berkisar di angka 2.000 kasus. Hal ini dibarengi dengan penurunan positivity rate mingguan menjadi 6,38 persen dalam minggu terakhir.
Demikian halnya dengan kasus kematian juga mengalami penurunan menjadi 123 per minggu, atau rata-rata di bawah 20 per hari.
Syahril melanjutkan, penurunan angka kasus juga dibarengi dengan penurunan angka perawatan pasien COVID-19 di rumah sakit, di mana BOR terus mengalami penurunan dari angka 5 persen pada 10 September menjadi 4.83 persen saat ini. Begitu juga kasus harian dengan positivity rate cenderung melandai dalam satu bulan terakhir.
“Sesuai pengumuman Dirjen WHO, saat ini seluruh dunia telah menghadapi masa yang menggembirakan karena tanda tanda hilangnya pandemi COVID mulai terlihat, termasuk di Indonesia” urai dia.
Dalam kesempatan itu, Syahril mengungkapkan Indonesia mengadopsi enam strategi WHO menuju endemi mulai dari mengkomunikasikan risiko melalui sosialisasi kepada masyarakat bahwa pandemi COVID-19 masih ada dengan risikonya.
Kedua, melakukan vaksinasi dosis 1, dosis 2 hingga vakasinasi booster. Selanjutnya memastikan sistem pelayanan kesehatan dari hulu ke hilir sebagai antisipasi jika terjadi lonjakan kasus, serta upaya pengendalian secara menyeluruh dan berkesinambungan.