Pilpres 2019 memanas, ulama di Jawa Timur menganjurkan kedua kubu untuk berdamai.
Pilpres 2019 memanas, bulan Syawal dianggap menjadi saat yang tepat untuk mendinginkan suasana. Pendapat ini juga dikemukakan oleh para ulama di Jawa Timur. Para Ulama berharap para elit politik dan seluruh masyarakat Indonesia memanfaatkan bulan Syawal untuk berdamai.
Pilpres 2019 memanas dapat didinginkan saat bulan Syawal 1440 Hijriyah.
Seperti yang diketahui, pemilihan presiden kali ini memberikan dampak buruk bagi kerukunan rakyat Indonesia. Adanya perbedaan pendapat menjadi salah satu pemicu perpecahan tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, Ulama Jawa Timur akan membantu mengadakan islah atau perdamaian.
Para Ulama Jawa Timur bahkan bersedia menjadi mediator sekaligus menjadi tuan rumah bagi dua calon presiden untuk membahas islah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan KH Anwar Iskandar selaku pengasuh pondok pesantren Al Amin, Kediri.
Dikutip dari nasional.kompas.com, KH Anwar Iskandar mengatakan bahwa pihaknya telah melakukan beberapa upaya. Salah satunya adalah dengan menggelar pertemuan dengan sejumlah ulama Jawa Timur. Para ulama tersebut berasal dari pendukung kedua kubu calon presiden.
“Hasil pertemuan menyepakati agar bangsa Indonesia segera melakukan rekonsiliasi pasca- Pilpres 2019 supaya tidak terjebak pada keadaan yang mengancam disintegritas bangsa,” ungkap KH Anwar Iskandar di Surabaya, Senin (3/6/2019).
KH Anwar juga berpendapat bahwa di bulan Syawal, dalam Islam, adalah waktu yang tepat untuk memulai islah. Baik islah antara perorangan maupun islah bagi bangsa Indonesia sendiri. Islah bagi bangsa Indonesia memang diperlukan, karena masyarakat sempat terpecah karena Pemilu 2019.
“Karena itu kami siap menjadi tuan rumah dan menjembatani kedua capres yakni Prabowo Subianto dan Jokowi untuk bertemu dan membahas upaya islah,” ucap pengasuh pondok pesantren Al Amin tersebut.
Seperti yang diketahui, pada pemilihan presiden kali ini memang memiliki dampak yang berpotensi memicu perpecahan. Baik dari kubu 01 maupun kubu 02, keduanya sama-sama memiliki peran dalam memunculkan dampat tersebut.
Perpecahan semakin terlihat jelas saat kubu 02 menyatakan bahwa pihaknya tidak menerima hasil rekapitulasi suara nasional yang dikeluarkan KPU. Menanggapi hal tersebut, kubu 01 juga mengeluarkan pernyataan yang semakin memanaskan suasana.
Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno, melalui tim kuasa hukumnya, kemudian menggugat hasil Pilpres 2019 ke Mahkama Konstitusi. Gugatan tersebut dilayangkan atas dasar dugaan terjadinya kecurangan dalam proses pemilihan umum 2019.
Kubu pendukung 02 bahkan melakukan demo sebagai salah satu bentuk protes mereka. Demo yang berujung pada kericuhan dilakukan di depan kantor Bawaslu pada 22 Mei 2019 lalu. Kericuhan tersebut membuat beberapa fasilitas umum rusak dan menimbulkan beberapa korban jiwa.
Serangkaian peristiwa yang terjadi membuat Pilpres 2019 memanas. Langkah Ulama Jawa Timur untuk melakukan islah di bulan syawal dinilai oleh masyarakat dianggap tepat. Masyarakat berharap agar semua masalah dalam Pilpres 2019 dapat termaafkan dalam bulan Syawal 1440 Hijriyah.