Djawanews.com – Seorang wartawan masuk jeruji besi menjadi perhatian banyak warganet. Pasalnya Mumahammad Asrul dipenjara karena dugaan memberitakan tindak pidana korupsi anak walikota Palopo.
Bobroknya negeri Indonesia dalam menegakkan keadilan kian parah, terakhir kali banyak kasus terungkap mengenai korban justru dijebloskan menjadi tersangka.
Sedangkan tersangka asli atau yang seharusnya dipidanakan bebas berkeliaran. Penegakan keadilan secara hukum makin pudar sementara kekuasaan masih menjadi piramida kokoh tak terhancurkan.
Belakangan banyak kasus mencuat ke publik dimana yang benar dipenjarakan, sementara yang bersalah dilindungi. Beberapa contohnya adalah kasus Beni Eduward, Youtuber di Medan yang dipenjara karena memvideokan oknum polisi-polisi kriminal pelaku pungutan liar di berbagai tempat.
Kemudian kasus wartawan Muhammad Yusuf mati di penjara Kalsel karena memberitakan kezoliman kelompok Haji Isam yang diduga merampok tanah-tanah rakyat di sana.
Belum lama ini, kasus ibu pedagang kaki lima di Sumatera Utara yang jadi korban keganasan preman lalu tiba-tiba dijadikan tersangka oleh polisi.
Anak Walikota Palopo Diberitakan Korupsi, Wartawan Masuk Jeruji Besi
Kini yang paling baru, kasus kriminalisasi wartawan Muhammad Asrul, Jurnalis Media Online Berita News ditahan di Polda Sulsel karena memberitakan dugaan tindak pidana korupsi anak walikota Palopo.
Saat ini kasusnya sudah bergulir di PN Palopo dan dituntut 1 tahun penjara oleh JPU.
Masak iya yang memberitakan tindak praktek korupsi dipenjara, aturan hukum mana yang dipakai atau digunakan. Ini justru murni terlihat penyalahgunaan kekuasaan. Kurang lebih pikiran semacam itu yang berkeliaran di benak masyarakat.
Kasus kriminalisasi wartawan juga menarik perhatian Ketua Umum PPWI, Wilson Lalengke, S.Pd, M.Sc, MA mengatakan dirinya kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikan kegalauan hati masyarakat pers di Indonesia.
Di negara yang mengaku menjunjung tinggi demokrasi dan negara hukum, namun fakta lapangan menunjukan jauh panggang dari api.
“Yang salah jadi benar, yang benar dipersalahkan. Orang korup dibela mati-matian, rakyat teriak duitnya dimaling koruptor malah dipenjarakan,” ujar Wilson.
Wilson juga menagatakan negara tanah air ini sudah gagal dalam logikan tindakan pidana hukum. “Saya kira ada masalah genetik gagal logika di bangsa ini yaa, terutama di kalangan aparat penegak hukum kita,” ungkapnya pada Sabtu, 16 Oktober 2021.
Wilson kemudian melanjutkan bahwa sebelum negara ini menghapuskan segala aturan yang bertolak-belakang dengan idealisme demokrasi yang menuntut adanya keterbukaan informasi dan kebebasan berpendapat, maka bangsa ini akan terus terbelenggu dalam kotak hukum yang biadab.
“Hampir semua kasus hukum yang ditangani PPWI berkaitan erat dengan perilaku aparat penegak hukum yang bukan menerapkan hukum untuk kebenaran dan keadilan, tetapi menggunakan hukum untuk kepentingan pribadi dan kelompoknya. Mereka tidak peduli dengan keadilan, yang penting bagi mereka adalah membela pihak yang memberikan benefit atau keuntungan, baik materi maupun non-materi. Itulah kondisi kita selama ini,” tambah Wilson.
Namun begitu, Wilson tetap berharap dan berdoa semoga ada keajaiban di kasus wartawan Asrul, dia bisa diputus bebas oleh hakim yang menyidangkan kasusnya.
“Walau kita semua tahu lembaga dewan pers, yang diagung-agungkan segelintir wartawan itu, tidak berdaya sama sekali dalam membela wartawan Asrul di PN Palopo, tapi saya tetap yakin ada keajaiban bagi rekan kita Asrul untuk dibebaskan. Jika tidak, berarti kita masih berada di Indonesia, negara dengan sejuta keanehan dan absurditasnya,” pungkas tokoh pers nasional yang dikenal gigih membela wartawan di Indonesia itu.
Bagaimana menurut anda mengenai kasus kriminalisasi wartawan masuk jeruji besi karena memberitakan paraktek korupsi? Semoga lekas tegak keadilan yang sebenar-benarnya di negeri Wakanda Forever ini.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.