Djawanews.com – Bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan angkat bicara terkait surat tulisan tangannya yang meminta Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres.
Anies membenarkan keberadaan surat tersebut, namun menekankan bahwa tulisan tersebut masih merupakan opsi yang diajukan dirinya ke koalisi dan bukan keputusan final.
“Hari Jumat utusan tim 8 datang, menyampaikan utusan Demokrat mungkin akan ditarik karena tugas yang diembankan kepada mereka tidak terlaksana. Apa yang bisa dilakukan? Mereka meminta bahwa benar Anies menyampaikan pilihan adalah AHY,” kata Anies dalam wawancara eksklusif Blak-blakan Anies-Muhaimin di Mata Najwa dilansir dari channel Youtube Najwa Shihab, Senin, 4 September.
“Mereka (utusan Demokrat) tidak mungkin mendatangkan saya, mereka minta ada seesuatu yang tertulis yang bisa ditunjukkan. Dalam situasi itu, saya minta ambilkan buku yang ada kertas garis, saya tulis sekarang. Kalau itu dipersiapkan, diketik rapi sebagai surat resmi. Sudah saya tulis saja, sekadar ini diberikan kepada utusan Demokrat untuk menyatakan ini benar loh kata Pak Anies. (Kertas) ditunjukkan ke Pak AHY dibaca dan dibawa lagi, disimpan. Pak Sudirman. Ini bukan sebuah surat untuk dipertontonkan. Tidak ada pemotretan, kami juga heran kok bisa ada fotonya karena tidak ada pemotretan,” kata Anies.
Najwa Shihab lantas mengutip pernyataan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang intinya Anies sudah berbicara mengenai deklarasi cawapres-cawapres pada awal September. Cawapres yang dimaksud yakni AHY.
“Mohon maaf sekali, mohon maaf sekali, tidak ada pembicaraan nama dalam pertemuan sama sekali, tidak ada percakapan nama. Mohon maaf sekali. Betul bahwa disampaikan sebelum tanggal 3 sudah deklarasi alasan untuk kampanye perlu waktu, tidak cukup kalau mepet waktunya,” kata Anies.
Anies menegaskan dirinya tak bisa memutuskan pencalonan capres-cawapres, lantaran kewenangan berada di ketum parpol koalisi. Tapi Anies memang mengajukan nama AHY sebagai opsi, meski NasDem meminta agar tidak terburu-buru memutuskan sambil mencari pilihan terbaik lainnya.
“Saya mengajukan opsinya, saya kerjakan opsi itu, opsi yang tersedia tinggal AHY, terjadilah deadlock hari Selasa sore, malam itu saya dalam perjalanan dilapori pertemuan buntu. Saya mendapatkan telepon dari kantor NasDem diminta ke kantor NasDem ketemu Pak Surya Paloh,” papar Anies.
Di situlah terjadi pembicaraan soal nama Muhaimin Iskandar alias Cak Imin. Usai pertemuan, Anies mencoba mencari waktu bertemu perwakilan Demokrat dan PKS, namun hanya PKS yang kemudian terlaksana pertemuannya.
“Kemudian PKS respons dan kita bertemu PKS, PKS menyatakan material kita senang karena ada partai baru di koalisi, tapi prosedural tidak suka karena diputuskan NasDem sendirian. Demokrat tidak bisa berjumpa,” ujar Anies.