Djawanews.com – Pengujian bioavtur buatan Indonesia dengan menggunakan pesawat CN235-220 yang dilakukan Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung (ITB) diklaim berjalan mulus. Mesin pesawat milik PT Dirgantara Indonesia itu menerima avtur yang dicampur 2,4 persen minyak dari sawit tersebut.
“Kelebihan bahan bakar cair dari nabati, kita tidak perlu infrastruktur baru dan mengubah engine,” kata dosen dan periset dari Laboratorium Motor Bakar dan Sistem Propulsi di ITB, Iman Kartolaksono Reksowardojo, Rabu 15 September 2021.
Imam mengatakan rekayasa baru atau penambahan infrastruktur memang biasanya muncul saat konversi atau perubahan sumber energi pada moda transportasi. Dia mencontohkan pada konversi energi baru seperti gas dan listrik pada mobil yang selama ini mengandalkan bahan bakar minyak dari fosil.
Lebih lanjut Iman menjelaskan bahwa konsepnya sederhana yakni setiap mesin moda transportasi dirancang untuk bahan bakar tertentu. Jika ada ketidaksesuaian, mesin harus diubah atau dibuat baru, atau energi barunya disesuaikan dengan rancangan mesin atau bahan bakar sebelumnya.
“Mesti dilihat karakternya, kimia atau fisik energi barunya sama atau tidak, kemudian diuji,” ujarnya.
Berkaitan dengan hal itu, maka pada energi baru dari tanaman seperti bioavtur untuk pesawat terbang, Iman menerangkan, rekayasa dilakukan pada minyak hasil olahan sawit atau Refined, Bleached, and Deodorized Palm Kernel Oil (RBDPKO).
Karena pesawat terbang berisiko tinggi, RBDPKO itu harus diolah agar sama persis sifat, unsur kimia, dan bentuk fisiknya seperti avtur yang dari fosil atau Jet-A1.
Unsur karbon minyak dari sawit dengan avtur, menurut dia, cocok dengan mesin pesawat terbang. Prosesnya menjadi bioenergi seperti membuang kandungan oksigen di minyak dari sawit.
Untuk sementara, pengujian bioavtur buatan Indonesia oleh pesawat CN235-220 milik PT Dirgantara Indonesia masih tergolong wahana militer. Jika untuk konsumsi maskapai penerbangan sipil maka perlu diuji lagi.
“Nanti otoritasnya beda lagi, prosedurnya ketat juga,” kata Iman.
Sebenarnya penggunaan bioavtur bukan hal baru, karena pesawat maskapai luar negeri telah memakainya. Tujuan pengujian bioavtur pada pesawat maskapai itu tidak lain adalah untuk meyakinkan konsumen.