Djawanews.com – Setelah 20 tahun sejak tahun 2001, Amerika Serikat menarik semua pasukannya dari Afghanistan pada Senin, 30 Agustus, dengan pasukan dan staf inti diplomatik yang tersisa.
Komandan Pusat Komando Militer AS (Centcom) Jenderal Frank McKenzie menggunakan istilah 'patah hati' untuk menggambarkan emosi seputar kepergian tentara AS dari perang terpanjang ini.
“Ada banyak patah hati yang terkait dengan kepergian ini. Kami tidak mengeluarkan semua orang yang kami inginkan,” kata McKenzie dilansir Reuters, Selasa, 31 Agustus.
Diplomat AS di Afghanistan, Ross Wilson, berada di dalam penerbangan transportasi militer C-17 terakhir dari bandara Kabul pada pukul 11.59 malam. Dia bersama dengan komandan jenderal Divisi Lintas Udara ke-82 militer AS.
Lebih dari 122.000 orang telah diterbangkan keluar dari Kabul sejak 14 Agustus, sehari sebelum Taliban merebut kembali kendali atas negara itu.
"Tapi saya pikir jika kami tinggal 10 hari lagi, kami tidak akan mengeluarkan semua orang," kata McKenzie.
Saat pasukan AS pergi, Taliban telah menghancurkan lebih dari 70 pesawat, lusinan kendaraan lapis baja, dan melumpuhkan pertahanan udara yang telah menggagalkan upaya serangan roket ISIS pada malam keberangkatan AS.
Karena gagal mengantisipasi Taliban akan menang begitu cepat, Washington dan sekutu NATO-nya dipaksa keluar dengan segera, meninggalkan ribuan warga Afghanistan yang membantu mereka dan mungkin memenuhi syarat untuk evakuasi dan orang lain yang merasa terancam.
Evakuasi udara darurat berakhir satu menit sebelum batas waktu Selasa yang ditetapkan oleh Presiden Joe Biden, yang mewarisi kesepakatan penarikan pasukan yang dibuat dengan Taliban oleh pendahulunya, Donald Trump, dan memutuskan untuk menyelesaikan penarikan tanpa prasyarat.
Keputusan Biden telah menyebabkan krisis terbesar kepresidenannya yang masih muda dan menimbulkan pertanyaan luas tentang kemampuan demokrasi Barat untuk membangun institusi yang langgeng dalam citra mereka di luar negeri, dan kesediaan mereka di masa depan untuk melakukannya.
Pengambilalihan kekuasan Taliban atas Afghanistan telah menarik perbandingan dengan penangkapan Saigon oleh pasukan Vietnam Utara pada tahun 1975 dan mengguncang generasi veteran AS yang bertugas di sana serta menyaksikan hari-hari terakhir perang dengan sedih.
Biden, dalam sebuah pernyataan, memuji pasukan AS karena melakukan pengangkutan udara terbesar dalam sejarah AS dengan keberanian, profesionalisme, dan tekad yang tak tertandingi.
"Sekarang, kehadiran militer kami selama 20 tahun di Afghanistan telah berakhir," katanya.
Hampir 2.500 orang Amerika tewas dalam konflik tersebut, termasuk 13 tentara dalam serangan bom bunuh diri oleh ISIS pekan lalu di luar bandara. Banyak dari mereka masih bayi ketika serangan 11 September 2001 terjadi.