Djawanews.com – Hasil investigasi Pertamina atas dugaan penyebab kebakaran di kilang Balongan, Indramayu, Jawa Barat, pada maret lalu menyatakan kebakaran bermula dari petir melubangi tanki kilang minyak. Hal itu disanggah oleh Pakar petir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Syarif Hidayat.
Syarif tidak yakin sambaran petir bisa sampai merusak dan melubangi tangki kilang minyak Pertamina hingga menyebabkan kebakaran. Menurutnya, ketebalan tubuh tangki menipiskan kemungkinan bolong oleh petir.
“Saya berpendapat itu tidak mungkin,” ujarnya, mengutip tempo.co, Senin, 15 November.
Syarif menjelaskan tebal logam tangki kilang minyak sesuai standar internasional lebih dari 4,85 milimeter. Dengan ketebalan seperti itu, sambaran petir dinilainya kecil kemungkinan sanggup melelehkan atau bahkan membuat tangki di kilang minyak berlubang.
“Kalau iya, kita harus uji dengan sungguh-sungguh sehingga tidak jadi keliru,” kata dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu.
Hal yang lebih mungkin, kata Syarif, badan tangki mengalami kelemahan, penuaan, seperti berkarat, atau bautnya longgar.
“Kalau sudah ada bolongnya karena sobek, korosi, atau dibor untuk kebutuhan tertentu, titik itu bisa jadi segitiga api,” katanya merujuk kepada faktor kebakaran dari bahan bakar, oksigen, dan panas yang bisa berasal dari percikan api kecil.
Syarif membagi mekanisme sambaran petir pada kasus tangki kilang minyak menjadi dua yakni secara langsung dan tidak langsung. Pada sambaran langsung, petir misalnya menyasar ke lubang-lubang di tangki minyak yang sengaja dibuka ataupun tidak sengaja.
Sedangkan secara tidak langsung, petir menyambar di tempat lain. “Biasanya jaraknya cukup dekat atau terkoneksi dengan tangki,” kata Syarif.
Potensi itu bisa menghasilkan percikan kecil api hingga melalap isi tangki. “Bisa jadi lewat pipa, kabel, itu ada standar keamanannya,” ujar Syarif.
Lebih lanjut Syarif mengatakan umumnya lokasi petir yang bisa menyebabkan itu berjarak sekitar kurang dari satu kilometer. Lebih dari jarak itu, kecil kemungkinan bisa menimbulkan percikan api.
Tangki kilang minyak, Syarif menjelaskan, memang lebih rawan terbakar saat tersambar petir. Alasannya, karena tangki punya beberapa akses bukaan yang memungkinkan udara oksigen dan bahan bakar bercampur.
“Kalau kebetulan ada titik api entah dari petir, korek api, atau apa pun itu bisa menyala,” ujarnya.
Syarif membandingkan dengan gas alam atau cair yang tangki penampungnya punya akses pengeluaran isi lewat jalur khusus dan bukan di bagian atas. Dengan begitu, risiko tangki gas disambar petir hingga meledak lebih kecil.
Sebelumnya, berdasarkan investigasi, Pertamina menyatakan kebakaran bermula dari sambaran petir travelling pada pukul 23.09 WIB yang memicu degradasi pada dinding Tangki G. Dinding tangki itu lalu menipis sampai akhirnya robek dan bocor. Kemudian setelah itu terjadi kebakaran akibat sambaran petir atau induksi pada Tanki G.