Djawanews.com – Pemerintah telah secara resmi menaikkan harga di berbagai sektor komoditas dan migas sejak 1 April 2022 lalu. Kenaikan harga yang cukup signifikan adalah harga bahan bakar minyak (BBM).
Kenaikan harga BBM yang cukup signifikan ini tak urung membuat sejumlah masyarakat bernostalgia membandingkan kenaikan BBM di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY yang dinilai tidak terlalu mencuat seperti sekarang ini.
Dalam sebuah video yang diunggah di kanal YouTube Susilo Bambang Yudhoyono pada 29 Agustus 2014 silam, eks Presiden RI itu sempat memaparkan alasan mengharukan di balik kenaikan BBM pada masanya.
“Dulu setiap pemerintah mengusulkan kenaikan BBM, selalu ditolak oleh kalangan DPR. Sejumlah fraksi bahkan sejak awal tidak pernah setuju kalo saya menaikkan harga BBM. Alasannya, kami menolak usulan pemerintah karena kalo BBM dinaikkan, inflasi naik, kemiskinan membengkak,” kata SBY dalam video tersebut, dikutip dari hops.id pada Kamis, 7 April.
“Justru kenapa sekarang kami dipaksa menaikkan harga BBM, tidakkah meningkatkan kemiskinan?” sambungnya.
Menurut SBY kala itu, jika dia menaikkan harga BBM, maka beban rakyat akan bertambah berat. "Kasihan mereka," katanya.
“Untuk menaikkan lagi BBM, apalagi listrik dan gas juga kita naikkan, itu tidak kuat. Itulah pandangan pemerintah sekarang. Saya menghormati yang lain, tapi juga harus mendengarkan mengapa kami memilih untuk tahun ini tidak dulu menaikkan harga BBM,” ucap SBY di salah satu wawancara yang kemudian diunggah di lamanya YouTube-nya pada 2014 silam.
Pada 1 April 2022, PT. Pertamina secara resmi telah menaikkan harga BBM jenis Ron 92 atau Pertamax menjadi Rp12.000 sampai Rp13.000 per liter, dari yang semula berkisar antara Rp9.000 sampai Rp9.400 saja per liter.
Sedangkan BBM jenis Ron 98, atau Pertamax Turbo, menginjak harga Rp14.500.