Dilansir dari blog.netray.id: Reformasi Polri menjadi salah satu narasi yang digaungkan oleh warganet dalam beberapa waktu terakhir. Bukan tanpa sebab, reformasi ini dinilai perlu dilakukan setelah buntut dari banyak persoalan yang mencatut rusaknya citra organisasi negara ini di mata warganya. Salah satu yang populer adalah tagar #PercumaLaporPolisi yang berisi potret kekecewaan warganet terhadap institusi ini. Puncaknya adalah tragedi Kanjuruhan 1/10/2022 lalu.
Warganet menilai polisi gagal dalam menangani massa di Kanjuruhan sehingga menimbulkan ratusan korban jiwa. Hal inilah yang kemudian memantik tuntutan untuk segera melakukan reformasi. Belum lagi persoalan lainnya yang menyangkut nama dan kepercayaan publik atas polisi pun kian memburuk. Tidak sedikit kasus yang melibatkan kekerasan polisi lamban ditangani dan jarang dipublikasikan, seperti kasus Sambo yang hingga kini belum tuntas diungkap.
Netray mengamati laju perbincangan warganet terkait ‘reformasi polri’ sejak 01 Oktober 2022 sampai dengan 11 Oktober 2022. Hasilnya, tampak berbagai kata populer yang kerap digunakan warganet dalam membahas topik terkait kata kunci, seperti direformasi, ganti, gagal, kekerasan, kekayaan, dan berbagai kata lainnya.
Jika diamati melalui grafik di bawah, tampak intensitas terkait narasi reformasi Polri kembali mencuat setelah terjadinya tragedi Kanjuruhan pada 01/10/2022. Narasi ini terus muncul dalam perbincangan warganet hingga 11/10/2022 meski sempat mengalami penurunan pada 08/10/2022. Dengan didominasi oleh cuitan bersentimen negatif kata ‘reformasi Polri’ setidaknya terdapat pada 268 cuitan warganet selama periode monitoring Netray.
Impresi cuitan warganet mencapai 15,3 ribu cuitan dan berpotensi menjangkau 12,2 juta akun pengguna Twitter. Bukan tanpa alasan warganet mengajukan narasi ini. Hal ini dipicu oleh kekesalan publik atas kinerja Polri yang dinilai kian mengecewakan. Kekesalan dan kekecewaan tersebut dapat ditangkap melalui beberapa cuitan berikut.
Gaya yang terlalu militeristik, hidup mewah, hingga tindakan sewenang-wenang menjadi sorotan utama warganet terhadap kinerja Polri saat ini. Desakan untuk segera melakukan reformasi di tubuh Polri juga dinilai sudah sepatutnya dilakukan setelah tragedi Kanjuruhan. Warganet menilai maaf saja tidak akan cukup untuk memperbaiki yang telah terjadi.
Desakan reformasi Polri yang muncul di Twitter ini merupakan salah satu bentuk kekecewaan sekaligus teguran dari masyarakat yang diwakili oleh warganet. Kinerja kepolisian kini menjadi sorotan utama warganet setelah berbagai persoalan yang kian mengikis citra dari organisasi tersebut. Alih-alih menunjukkan kinerja yang sesuai dengan harapan sebagai pelayanan publik pihak kepolisian justru dinilai kerap melakukan hal yang sebaliknya.
Kinerja yang dinilai kian memburuk tersebut kemudian membuat warganet menggunakan media sosialnya untuk mendesak agar organisasi negara ini melakukan perbaikan secara menyeluruh. Meski sebagian warganet menyadari masih terdapat anggota kepolisian yang memiliki dedikasi baik namun reformasi dinilai perlu dilakukan agar citra Polri kembali bersih di hadapan publik.
Narasi reformasi Polri di media sosial Twitter dipopulerkan oleh berbagai akun. Salah satu akun paling populer dalam membahas topik ini adalah @andripst. Melalui akunnya @andripst menyampaikan argumennya terkait narasi reformasi Polri.
Menurutnya reformasi Polri memang tidak semudah melakukan renovasi stadion. Hal ini pun berkaitan dengan tragedi Kanjuruhan yang memakan ratusan korban jiwa beberapa waktu lalu. Tak hanya permohonan maaf warganet juga menuntut Polri untuk segera melakukan reformasi.
Demikian hasil pantauan Netray, simak analisis lainnya melalui https://analysis.netray.id/
Editor: Winda Trilatifah