Djawanews.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan krisis pangan akan menghampiri dunia dalam 8-12 bulan ke depan. Kondisi ini akan diperparah dengan ketersediaan pasokan pupuk. Dia melihat ada kekhawatiran bersama di antara negara G20, Bank Dunia, ADB dan FAO terkait dengan pupuk.
"Masalah pupuk hari ini akan memiliki dampak pada ketersediaan pangan atau bahkan krisis pangan dalam 8-12 bulan ke depan," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers, The 1st Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting pada Selasa malam, 12 Oktober.
"Jadi kita akan menuju 2023 dengan risiko tinggi dengan masalah pangan ini," lanjutnya.
Hal ini, menurutnya, menjadi sorotan negara-negara G20 ke depannya. Untuk menangani ancaman krisis ini, Mulyani menegaskan G20 tidak tinggal diam. Mulyani mendorong Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Bank Dunia untuk bekerja sama mengatasi masalah ini.
Menkeu Sri Mulyani Ungkap Pembangunan Pondasi Awal Untuk Penyesuaian dengan Kondisi Iklim
Menurut Mulyani, Menteri Keuangan dan Pertanian G20 setuju untuk mendelegasikan tugas kepada organisasi internasional FAO dan Bank Dunia dalam pemetaan respons kebijakan global terhadap kerawanan pangan.
Respons ini akan dikonsolidasikan di masa mendatang dengan masukan dari pakar teknis dan organisasi internasional terkait lainnya untuk kemudian dilaporkan pada Spring Meeting 2023. Bank Dunia telah berkomitmen untuk menyediakan US$ 30 juta dalam pendanaan baru atau yang sudah ada untuk proyek terkait ketahanan pangan dan nutrisi untuk beberapa tahun ke depan.
Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) pun turut menyediakan perkembangan kondisi pasar pangan, termasuk melalui G20 Agricultural Market Information System. Selain itu, Sri Mulyani menuturkan G20 mendorong pemanfaatan data untuk merumuskan kebijakan yang tepat dalam mengatasi krisis pangan.
G20 lanjutnya menyiapkan beberapa langkah baik jangka pendek dan menengah. Untuk jangka pendek, dia fokusnya adalah pasokan pangan dalam rangka dukungan kemanusiaan. Kemudian, untuk jangka menengah, G20 akan berupaya mencari solusi untuk perubahan iklim dan dampaknya terhadap pangan.
"Contohnya, penggunaan teknologi digital. Kita membicarakan bagaimana menangani dampak perubahan iklim terhadap pangan. Kita akan membangun fondasi awal yang kuat sejalan dengan perubahan iklim. Ini akan menjadi pembicaraan jangka menengah," papar Mulyani.
Terakhir, Sri Mulyani memastikan Inisiatif dalam mengatasi permasalahan ketahanan pangan global yang dihasilkan dari Presidensi G20 Indonesia akan terus dijalankan hingga Presidensi selanjutnya pada tahun 2023 di bawah kepemimpinan India.
Dapatkan warta harian terbaru lainya dengan mengikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.