Djawanews.com - Guinea merupakan salah satu negara termiskin di kawasan Afrika Barat. Di negara ini baru saja terjadi kudeta lantaran amandemen konstitusi pada 2020 yang memungkinkan presiden menjabat 3 periode.
Kudeta tersebut dilakukan oleh Pasukan Khusus Guinea pada Minggu, 5 September 2021 kemarin. Kudeta itu membubarkan konstitusi yang sah dan langsung memberlakukan jam malam.
"Kami telah memutuskan, setelah mengambil presiden, untuk membubarkan konstitusi," kata seorang perwira militer Guinea dalam sebuah video.
Petugas itu mengatakan perbatasan darat dan udara Guinea telah ditutup dan pemerintah dibubarkan. Sementara Presiden Guinea, Alpha Conde, tampak terduduk dikelilingi pasukan khusus dalam sebuah video.
Conde merupakan mantan pemimpin oposisi yang pernah dipenjara dan dijatuhi hukuman mati. Dia kemudian menjadi pemimpin pertama Guinea yang terpilih secara demokratis pada 2010. Ia pun memenangkan pemilu lagi pada 2015 lalu.
Conde selamat dari upaya pembunuhan pada tahun 2011. Namun belakangan, Conde dituduh hanyut ke dalam otoritarianisme.
Tuduhan Kecurangan Pemilu
Tuduhan ini bermula dari pemilihan presiden terbaru di Guinea yang digelar pada Oktober 2020 lalu. Pemilu itu dianggap dinodai oleh kekerasan dan tuduhan kecurangan.
Conde, yang maju lagi dalam Pemilu 2020, memenangkan masa jabatan ketiga yang kontroversial. Periode ketiganya didapat setelah mendorong perubahan konstitusi pada Maret 2020 yang memungkinkan dia menghindari batas dua masa jabatan presiden di negara itu.
Conde disumpah sebagai presiden pada 7 November 2020 lalu. Ia juga dituduh otoriter lantaran puluhan orang tewas dalam demonstrasi menentang masa jabatan ketiga untuk Conde. Ratusan orang lainnya ditangkap.
Penantang utamanya, Cellou Dalein Diallo dan tokoh oposisi lainnya mencela pemilihan itu sebagai tipuan. Pemerintah kemudian menangkap beberapa anggota oposisi terkemuka atas dugaan peran mereka dalam bersekongkol dengan kekerasan pemilu di negara itu.
Militer menganggap Conde salah urus pemerintahan dan membuat Guinea yang berpenduduk sekitar 13 juta jiwa itu sebagai salah satu negara termiskin di dunia.
Situasi Guinea yang kaya sumber daya mineral itu berubah jadi mencekam setelah penduduk distrik Kaloum di ibu kota Conakry, kawasan pemerintah, telah melaporkan mendengar suara tembakan keras saat kudeta berlangsung.
Kepala pasukan khusus militer Guinea, Letnan Kolonel Mamady Doumbouya, kemudian muncul di televisi publik. Dia mengenakan bendera nasional dan mengatakan salah urus pemerintah memicu kudeta.
"Kami tidak akan lagi mempercayakan politik kepada satu orang, kami akan mempercayakan politik kepada rakyat. Guinea itu cantik. Kita tidak perlu memperkosa Guinea lagi, kita hanya perlu bercinta dengannya," kata Doumbouya.
Berita soal kudeta memicu perayaan di beberapa wilayah di ibu kota Conarky. Ratusan orang tampak bertepuk tangan untuk para tentara militer yang menggulingkan kekuasaan Alpha Conde.
Di balik itu, kudeta yang terjadi di Guinea dikutuk keras. Salah satunya adalah kutukan dari Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres. Melalui cuitannya di Twitter, Guterres menyerukan pembebasan Alpha Conde. Demikian halnya sejumlah pemimpin Afrika yang lain.