Polusi dan pemanasan global memang mempengaruhi terhadap kualitas udara Jakarta, apalagi ditambah musim kemarau.
Kualitas udara Jakarta memang tidak begitu baik, namun populasinya semakin bertambah saja. Banyaknya orang yang mendiami Jakarta juga dapat menjadi peningkatan polusi udara di Jakarta.
Kualitas Udara Jakarta yang Buruk, Masih Amankah?
Namun, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar dilansir dari Detik.com (11/07/2019) mengatakan jika kualitas udara di Jakarta masih dalam tahap sedang. Namun menurutnya udara di Jakarta tak sehat untuk bayi dan lansia.
Saat ini kualitas udara sehat menurut standar WHO adalah pada angka 25 μg/Nm3, sedangkan berdasarkan data gabungan AQMS KLHK dan pemerintah DKI Jakarta, udara Jakarta berada pada konsentrasi 39,04 μg/Nm3.
Siti Nurbaya mengatakan, untuk mengurangi tingkat polusi tersebut pihak Kementerian LHK telah melakukan berbagai cara, di antaranya membantu masyarakat beralih menggunakan transportasi umum, penambahan ruang terbuka hijau, dan pengetatan baku mutu emisi.
Permasalahan yang kemudian ditimbulkan dari polusi udara di Jakarta adalah adanya gugatan sekelompok masyarakat terhadap para pejabat yang bertanggungjawab. Terdapat tujuh tergugat yang diajukan oleh sekelompok masyarakat.
Para tergugat tersebut adalah Presiden RI, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Menteri Kesehatan, Menteri Dalam Negeri, Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Jawa Barat dan Gubernur Banten.
Gugatan tersebut seakan menyatakan jika negara telah gagal dalam memelihara ekosistem dan lingkungan hidup sehat di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sehingga sekelompok masyarakat tersebut menggunakan haknya agar dapat mendapatkan udara bersih.
Berkaitan dengan tanggapan Menteri KLHK dan gugatan masyarakat terkait buruknya udara Jakarta, Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta juga tidak membantah pernyataan tersebut.
Kepala Seksi Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Agung Pujo Winarko dilansir dari detik.com (12/07/2019) menyatakan jika udara tidak sehat tersebut tidak terjadi sepanjang tahun.
Agung menilai jika kualitas udara Jakarta akan bagus selama musim hujan atau awal tahun. Akan tetapi memang polusi udara meningkat ketika memasuki musim kemarau.
“Kemarin (musim hujan) bagi orang normal biasa saja, bagi bayi dan manula juga tidak ada masalah. Tapi ketika masuk ke musim kemarau dengan PM 2,5 yang meningkat, harus diantisipasi saja bagi mereka yang sensitif. Jadi tidak setiap hari harus yang dianggap setahun yang… nggak juga,” ungkap Agung dilansir dari detik.com, Jumat (12/7/2019).
Buruk atau tidaknya kualitas udara Jakarta, adalah pembelajaran kedewasaan bagi kita semua. Gugatan masyarakat yang menginginkan udara bersih, sudah seharusnya ditindak lanjuti pemerintahan, agar kedepannya dapat bersama-sama menjaga udara bersih.