Mengukur level keamanan pada PLTU Celukan Bawang.
Pembangkit listrik energi uap atau PLTU merupakan pemanfaatan energi yang sudah lama dilakukan di Indonesia, salah satunya yang ada di Celukan Bawang, Kebupaten Buleleng, Bali.
Pulang Bali yang merupakan ikon wisata dunia, tentu harus menyediakan energi yang besar pula. Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan total kesiapan pembangkit listrik yang ada di Bali.
Krisis energi masih menghantui Bali, sehingga pada tahun 2015 mulai dibangun PLTU di Celukan Bawang. Pembangunan PLTU tersebut selain menguntungkan untuk menyuplai pasokan energi di Bali, juga dinilai negatif oleh beberapa pihak.
Pemanfaatan Batu Baru di PLTU Celukan Bawang
Isu-isu seputar kerusakan alam dan lingkungan selalu mewarnai perjalanan PLTU di Bali tersebut. Berbagai organisasi (seperti Green Peace) sangat gencar melakukan penolakan terhadap PLTU Celukan Bawang.
Lantas, apakah benar dugaan-dugaan dan klaim yang menyatakan PLTU Celukan Bawang membahayakan? Berikut ini hal-hal PLTU Celukan Bawang dilihat dari penggunaan batu baranya.
1. Kualitas Batu Bara PLTU Celukan Bawang
Dilansir dari Tribun, Putu Singyen yang merupakan General Affair PT General Energy Bali (GEB) menjamin jika PLTU Celukan Bawang tidak dapat berdampak terhadap kerusakan lingkungan dan kesehatan.
PLTU Celukan Bawang adalah PLTU terbesar di luar China yang dibangun oleh China Huadian Engineering Co Ltd. Terkait jaminan keamanan lingkungan dan kesehatan PLTU Celukan Bawang, hal tersebut dilandasi dengna kualitas batu bara yang digunakan PLTU.
Singyen menyatakan jika batu bara yang dijadikan bahan bakar PLTU Celukan Bawang berkualitas tinggi, sehingga dampak lingkungan yang diakibatkannya jauh lebih rendah.
“Sebenarnya batu bara yang kami pakai tidak perlu ada pengolahan, karena kami sudah pakai yang 4.500 sampai 5.000 kalori. Itu sudah lulus uji laboratorium, dan kami punya tim laboratorium untuk menguji,” ucapnya.
Untuk PLTU lama, lanjut Harlen, batu bara yang dibutuhkan berkisar pada 5.000 – 6.300 kkal GAR, sementara untuk PLTU yang lebih baru bisa melahap batu bara dengan kalori yang lebih rendah. “Misal untuk PLTU yang FTP-1 (Fast Track Program) sudah menggunakan nilai kalori 4.000-4.200,” ungkapnya kepada Kontan.co.id, Minggu (7/4).
2. Kualitas Batu Bara di Indonesia
Dilansir dari Kontan, Kepala Divisi Batu bara PLN Harlen menyatakan jika pasokan batu bara disesuaikan berdasarkan dengan zona yang ada dan rata-rata nilai kalori yang digunakan saat ini ada di kisaran 4.600 kkal/GAR.
Kemudian Vice President Public Relation PLN Dwi Suryo Abdullah
Menyatakan jika saat ini PLTU di Indonesia telah mengembangkan sistem boiler yang dapat mengkonsumsi batu bara 4.200 kkal GAR.
Terkait pemanfaatan jenis batu bara pada kisaran 4.200—5000 kkal GAR, hal tersebut dikarenakan produksi batu bara di Indonesia didominasi oleh jenis tersebut.
Perlu diketahui, jika Indonesia saat ini adalah eksportir terbesar jenis batu bara jenis termal tersebut. Suryo juga menyatakan jika teknologi boiler yang ada saat ini memungkinkan untuk mengkonsumsi jenis batu bara 4.200 kkal GAR, hal tersebut sebagaimana teknologi yang digunakan di PLTU Celukan Bawang.