Dilansir dari blog.netray.id: Hari Perhubungan Nasional yang jatuh pada 17 September 2022 belum lama berlalu. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam pidatonya menyatakan bahwa peringatan ini ditujukan guna merenungkan kembali apa yang telah dikontribusikan untuk bangsa dan negara. Termasuk berbagai peristiwa yang terjadi di sektor perhubungan serta menyatukan persepsi dan tekad untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
Seiring dengan peringatan tersebut ada fakta ironis yang tengah terjadi. Bandara-bandara yang terhitung baru dan dibangun dengan APBN tampak sepi penumpang bahkan ada pula yang tidak memiliki jadwal penerbangan asal bandara tersebut. Bandara-bandara itu dijuluki bandara mati suri.
Di antaranya adalah Bandara Jenderal Soedirman, Purbalingga dengan luas 125 hektar yang menghabiskan anggaran Rp350 milliar; Bandara Ngloram, Blora dengan biaya Rp80 miliar dan luas 27 hektar; Bandara Wiriadinata, Tasikmalaya meraup biaya sebesar Rp 45 milliar dan memiliki luas 70 hektar; serta Bandara Kertajati, Majalengka yang menelan anggaran paling besar, yaitu Rp2,6 triliun dengan luas lahan 1800 hektar. Bandara yang terletak 68 kilometer di timur Bandung ini tak lama setelah peresmiannya justru tampak sepi penumpang.
Berdasarkan pantauan Netray menggunakan kata kunci bandara&&kementerian perhubungan, bandara&&kemenhub, dan bandara&&mati suri selama periode 12–20 September 2022, topik bandara mati suri muncul dalam 1.099 twit. Total impresi sebanyak 542,5 ribu dan kurang lebih menjangkau 24,8 juta akun.
Sentimen negatif mendominasi perbincangan isu ini dengan total 823 twit atau 74,8 persen dari keseluruhan perbincangan. Respons negatif yang diberikan warganet berisi kritik terhadap pemerintah terkait pemborosan APBN dan kurangnya perencanaan matang soal pembangunan bandara. Puncak perbincangan terjadi pada 19 September 2020 dengan total 553 twit muncul membahas isu ini.
Dari pantauan Netray, perbincangan bandara mati suri menjadi populer setelah akun berita @detik.com dan seorang pengamat transportasi @alvinlie21 membagikan twitnya soal topik bandara mati suri. Kedua twit ini kemudian menarik perhatian warganet dan memantik perbincangan di Twitter. Kedua akun ini juga jadi yang paling populer yang membahas isu ini dengan muatan sentiment negatif.
Muhammad Said Didu, pegiat media sosial yang juga mantan Sekretaris Kementerian BUMN pun turut berkomentar. Ia tampak mengunggah foto dirinya di Bandara Kertajati yang sepi sembari mengutip berita dari @detik.com. Ia seolah ingin memperkuat fakta bahwa bandara sepi itu benar adanya. Aktivis Andi Sinulingga pun menganggap fenomena ini merupakan dampak dari pemborosan anggaran.
Banyak pula warganet lain yang memiliki pendapat serupa. Akun @henrys75761541 menganggap hal tersebut sebagai pembangunan infrastruktur tanpa perncanaan matang. Akun @erdowgan juga berpendapat bahwa pemerintah tidak melihat kebutuhan masyarakat sekitar, apakah perlu dibuat bandara atau tidak.
Selain mengkritisi soal infrastuktur bandara, warganet mengeluhkan bandara sepi akibat harga tiket pesawat yang mahal sehingga tak mampu dijangkau masyarakat. Selain itu juga terkait rute yang kurang efisien untuk beberapa destinasi. Seperti yang diungkap oleh akun @Dhauz dan @umbarsupriadi.
Perbincangan warganet pun kian meluas. Tak hanya membahas bandara, warganet juga mengkritisi proyek infrastruktur lainnya yang menggunakan APBN seperti Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Proyek ini dinilai justru membuat utang negara melambung namun manfaat untuk rakyat masih dipertanyakan.
Selain kritik dan hujatan, adapula warganet yang memberikan saran yang membangun. Seperti yang dicuitkan oleh @toegioneo bahwa pembangunan bandara memang bagus namun perlu dipikirkan juga infrastruktur pendukungnya seperti tol dan kereta. Terlebih apabila bandara jauh dari pusat kota. Akun @suluhpandu pun menilai bahwa konektivitas jalan dan bandara sudah bagus dan menyarankan pembangunan bandara perintis untuk daerah luar jawa.
Ide meniru bandara luar negeri juga muncul dari akun @aden87 seperti bandara di Changi atau Taiwan yang mengintegrasikan mall dengan bandara serta menambahkan kios makanan, baju, ataupun bioskop agar biaya perawatan bisa terpenuhi.
Menariknya, warganet Twitter tak hanya mengomentari berita bandara saja. Mereka juga berkelakar menyinggul detik.com yang dinilai tidak biasa mengunggah berita kritis semacam bandara mati suri. Cuitan tersebut muncul dari akun @Fauzi_21_, rbizniz2020, dan @bejonovski.
Pantauan Media Online Soal Bandara Mati Suri
Pantauan pemberitaan di media online dengan periode dan kata kunci yang sama ditemukan sebanyak 27 berita dari 10 media yang membahas topik ini. Mayoritas pemberitaan masuk dalam kategori transportasi, yaitu sebanyak 26 berita dan kategori hukum dengan 1 berita.
Pemberitaan soal bandara mati suri dan penjabarannya mendominasi pemberitaan topik ini. Tirto (tirto.id) menjadi insiator yang memunculkan pemberitaan isu ini, kemudian diikuti oleh CNBC Indonesia (cnbcindonesia.com) yang menjabarkan jumlah yang lebih banyak terkait bandara yang sepi penumpang.
Situs detik.com menjadi portal yang paling banyak menerbitkan berita topik ini. Tercatat berdasarkan pantauan Netray 8 berita muncul sepanjang periode pemantauan.
Pengamat penerbangan pun turut berkomentar terhadap topik ini. Gerry Soejatman mempertanyakan fenomena bandara yang dibuat besar dan megah padahal prasarana infrastruktur sekitar bandara belum selesai. Gerry menganggap keberadaan bandara adalah karena alasan politis provinsi. Ia mencontohkan Bandara Kertajati hanya memiliki jadwal beberapa penerbangan cargo dalam sehari. Ke depannya, dia melihat bandara ini akan lebih cocok bermain sebagai cargo hub.
Pakar Transportasi Alvin Lie turut mengkritik bandara-bandara yang sepi ini. Menurutnya, fenomena sepinya bandara itu diakibatkan oleh Pemerintah yang tidak melakukan perencanaan yang optimal saat pembangunan bandara. dengan demikian mega proyek tersebut hanya dinilai sebagai prestasi politik.
Meski tak begitu ramai, pemberitaan ini berhasil memantik Kementerian Perhubungan untuk buka suara. Plt Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nur Isnin Istiartono mengklaim bahwa pandemi COVID-19 membuat pergerakan pesawat, jumlah penumpang dan kargo di semua bandara mengalami penurunan. Meski demikian, saat ini industri penerbangan mulai bangkit kembali.
Pada masa pemerintahan Jokowi, pembangunan infrastruktur memang begitu diakselerasi. Bandara dan pesawat terbang menjadi sarana yang cukup eksklusif bagi warga Indonesia. Sayangnya, banyak bandara yang dibangun dengan megah berakhir mati suri. Dengan demikian, pemerintah perlu meninjau ulang secara mendalam apakah pembangunan bandara akan memberi manfaat dan menjangkau secara maksimal bagi masyarakat Indonesia agar tak menjadi bangunan yang mati suri dan kosong.
Editor: Winda Trilatifah