Djawanews.com – Epidemiolog Universitas Gajah Mada (UGM) Riris Andono Ahmad mengungkapkan wacana Pemda DI Yogyakarta menggelar proses pembelajaraan sekolah tatap muka pada Juli mendatang perlu ditinjau ulang manilik masih tingginya sebaran Covid-19.
“Sekarang jika dibandingkan dengan tempat lain, kita menjadi relatif tinggi karena insiden rate-nya masuk CT2. Kalau masih ada community transmission, ada penularan aktif yang sudah terjadi, belum terkendali, apalagi kalau kemudian masuk dalam kategori lebih tinggi lagi. [saat ini] Masih perlu dikendalikan penularannya,” kata Doni.
“DIY, sebenarnya sudah mengantisipasi ini dengan adanya vaksinasi guru dan tenaga kependidikan. Tapi bukti juga menunjukan dengan meningkatnya cominity transmission, tansmisi di anak-anak juga berpotensi terjadi. Jadi peningkatan tranmisi komunitas juga harus dipertimbangkan apakah sekolah akan dibuka atau tidak. Di Eropa pun kalau terjadi lockdown atau pembatasan, sekolah akan ditutup juga,” tambahnya.
Sebelumya, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) DI Yogyakarta, Didik Wardaya mengungkapkan pihaknya berencana menggelar sekolah tatap muka pada 19 April mendatang.
Pada tahap pertama, proses pembelajaran tatap muka (PTM) ini akan diterapkan pada 10 sekolah percontohan, antara lain SMAN 1 Pajangan Bantul, SMAN 1 Gamping Sleman, SMKN 1 Wonosari Gunungkidul, SMKN 1 Jogja.
Lalu selanjutnya, SMAN 1 Sentolo Kulonprogo, SMAN 9 Jogja, SMAN 2 Playen Gunungkidul, SMKN 1 Pengasih Kulonprogo, SMKN 1 Bantul, dan SMKN 1 Depok Sleman.
Untuk mengetahui ragam perkembangan peristiwa regional, nasional dan mancanegara terupdate, ikuti terus rubrik Berita Hari ini di warta harian Djawanews. Selain itu, untuk mendapatkan update lebih cepat, ikuti juga akun Instagram @djawanews.