Djawanews.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti dampak ketidakpastian global yang disebabkan konflik geopolitik terhadap pasokan dan harga bahan pangan, khususnya beras. Jokowi mengatakan, ketidakpastian ekonomi dan geopolitik dunia memberikan dampak yang sulit diprediksi, terutama terkait pasokan pangan.
"Kita tahu ketidakpastian ekonomi masih belum jelas, masih belum pasti. Geopolitik dunia juga sulit dihitung, sulit dikalkulasi," kata Jokowi dalam Rapat Pimpinan (Rapim) TNI-Polri di Markas Besar (Mabes) TNI, Cilangkap, Jakarta, pada Rabu 28 Februari.
"Kita tahu konflik di Ukraina belum selesai, datang konflik Gaza, ada tambahan Yaman, sehingga menyebabkan inflasi pangan melanda dunia," imbuhnya.
Presiden kemudian menyinggung sulitnya mencari pasokan bahan pangan, terutama beras, di tengah ketidakpastian global saat ini. Dia mengklaim bahwa sebelumnya banyak negara yang menawarkan beras kepada Indonesia, namun saat ini menjadi sulit untuk ditemukan.
"Kalau dulu banyak yang menawaran kepada kita, misalnya beras. Hampir semua negara presidennya menawarkan berasnya kepada kita, sekarang ini, kita mencari beras ke negara-negara produsen itu juga tidak gampang dan tidak mudah," kata Jokowi.
Sulitnya mencari beras disebabkan oleh banyaknya negara yang membatasi ekspor pangan demi memenuhi kebutuan di dalam negeri. Perubahan iklim dan gangguan rantai pasok pun memperparah harganya.
"Karena semuanya ngerem untuk tidak ekspor bahan pangannya, baik gandum maupun beras akibat perubahan iklim, akibat perubahan cuaca dan gangguan rantai pasok," ujar mantan gubernur DKI Jakarta itu.
Selain itu, Jokowi juga menyinggung kembali soal bahaya resesi. Menurutnya, sejumlah negara maju saat ini banyak yang terjebak resesi seperti Jerman, Uni Eropa, hingga Jepang.
Sementara Indonesia diklaim masih aman dari jebakan resesi. Oleh karenanya, dia meminta semua pihak, termasuk TNI dan Polri ikut menjaga kestabilan ekonomi supaya tidak jatuh dalam resesi.
"Probabilitas resesi sudah melanda negara-negara besar... kita ini patut kita syukuri, probabilitas Indonesia masih di angka 1,5 persen, ini yang harus terus kita jaga," pungkas Jokowi.