Djawanews.com – Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti gelaran Indonesian Cinema Night yang diadakan di Festival Film Cannes 2025, Sabtu, 17 Mei. Acara ini menampilkan pertumbuhan dan kesiapan industri perfilman Indonesia untuk bersaing di panggung global.
Indonesian Cinema Night menjadi titik temu para sineas, produser, dan pelaku industri film dari berbagai negara. Percakapan lintas budaya, pertukaran ide, serta penjajakan kolaborasi produksi mewarnai malam yang dirancang untuk memperluas jejaring strategis bagi perfilman Indonesia.
Acara ini resmi dibuka oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon. Dia menegaskan komitmen pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto untuk mendorong promosi budaya melalui medium film.
“Sebagai negara Mega Diversity, Indonesia siap tampil di pentas global. Budaya menjadi kekuatan utama kita, dan film adalah medianya. Pemerintah mendukung kolaborasi produksi lintas negara agar budaya Indonesia makin dikenal,” ujar Menbud Fadli Zon dalam keterangan tertulis yang diterima Minggu, 18 Mei.
Tahun 2024 mencatat capaian penting: lebih dari 200 film diproduksi, dan total penonton bioskop nasional mencapai 122,7 juta orang. Dari jumlah itu, 81 juta penonton menyaksikan film Indonesia—menguasai 67% pasar dan untuk pertama kalinya melampaui film impor.
“Selama dua tahun terakhir, 36 film Indonesia terpilih di festival-festival internasional. Di Cannes tahun ini, kita bangga membawa karya seperti Pangku, Renoir, Ikatan Darah, Timur, Sleep No More, dan animasi Jumbo yang menembus hampir 10 juta penonton,” lanjut Fadli Zon.
Ia juga menyebut sejumlah tokoh yang hadir dan terlibat, seperti Christine Hakim, Reza Rahadian, Iko Uwais, Ario Bayu, serta Robby Ertanto dan Chelsea Islan yang memperkenalkan proyek terbaru Rose Pandanwangi kepada calon investor. Produser Yulia Evina Bhara turut mengangkat nama Indonesia lewat film Renoir—hasil kolaborasi antarnegara—dan bertugas sebagai juri di Cannes tahun ini.
Berbagai institusi perfilman nasional ikut tampil, seperti Jakarta Film Week dan Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF), yang kini menjelma menjadi pasar film terbesar di Indonesia. Jaringan internasional pun ikut meramaikan acara, seperti Bucheon International Fantastic Film Festival dan International Film Festival Rotterdam.
Kesempatan hadir di Cannes juga dimanfaatkan Menbud untuk mengajak para produser, sineas maupun pihak lainnya untuk berkolaborasi dengan Indonesia di sektor perfilman.
“Kami mengajak dunia untuk memproduksi film di Indonesia—tempat budaya, warisan, dan kreativitas bertemu. Industri budaya Indonesia adalah jalan damai menuju kemakmuran bersama.”
Acara ditutup dengan penampilan pencak silat dari Uwais Pictures, sebagai simbol warisan budaya takbenda yang telah diakui UNESCO. Aksi ini disambut antusias oleh undangan yang hadir, sekaligus menegaskan bahwa sinema Indonesia tak hanya soal cerita, tetapi juga kekayaan budaya yang hidup dan berdaya saing global.