Djawanews.com – Menteri koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melepas ekspor sebanyak 200 kontainer atau 150 juta alat suntik atau senilai 10,5 juta dollar AS di Cikarang, Jawa Barat, pada Kamis, 26 Agustus.
Luhut mengungkapkan Indonesia mendapat pesanan alat suntik sekali pakai (auto disable syringe/ADS) dari lembaga PBB, Unicef dan Kementerian Kesehatan Ukraina. Pesanan tersebut sebanyak 1,2 miliar alat suntik untuk pengadaan hingga tahun 2022 mendatang dan diproduksi oleh PT Oneject Indonesia.
Luhut melihat ekspor tersebut adalah langkah yang baik dari pemerintah dalam rangka mengkampanyekan peningkatan penggunaan produksi dalam negeri serta mendorong ekspor produk jadi.
"From local to global. Ini adalah mimpi pemerintah, program pemerintah sebanyak mungkin yang bisa kita bikin dalam negeri," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat, 27 Agustus.
Dengan kesuksesan ekspor alat suntik ini, Luhut berharap kebutuhan impor Indonesia akan menurun pada masa-masa mendatang. Karena saat ini impor alat kesehatan termasuk yang menelan dana besar negara setiap tahunnya.
"Pemerintah harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk belanja kesehatan per tahun dan sebagian besar impor, tetapi Presiden beri perintah kepada kami untuk semua buatan dalam negeri. Jadi sebanyak mungkin dalam masa pandemi ini harus buatan dalam negeri," ungkapnya.
Namun Luhut masih menyayangkan jarum suntik dari alat suntik sekali pakai buatan Oneject Indonesia, masih didapat dari impor. Ke depan Luhut berharap hal itu bisa disuplai oleh produk stainless steel dari pabrik di Morowali sehingga kandungan lokal produk OneJect Indonesia bisa meningkat hingga 80 persen.
"Ini jarumnya masih kita impor padahal kita punya pabrik stainless steel terbagus di Morowali. Saya akan ngomong dengan Morowali agar bahan bakunya bisa dikasih ke Oneject," pungkas Luhut.