Djawanews.com – Dalam konferensi pers yang disiarkan langsung oleh chanel YouTube Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menerangkan bahwa lonjakan kasus di Indonesia didominasi oleh varian Delta.
“Hampir semua sekarang di Jawa ini, kalau nggak, boleh saya katakan ya semua itu dikontrol oleh varian Delta. Di mana varian Delta ini menurut yang saya baca itu lebih cepat sekitar 6 kali dari varian Alfa yang PPKM atau PSBB 1 dengan PSSB 2. Jadi kita menghadapi musuh yang beda,” ungkap Luhut, Kamis, 15 Juli.
Menyikapi hal tersebut, Luhut menjelaskan bahwa karena varian yang dihadapi berbeda dengan sebelumnya, maka strategi yang digunakan pemerintah juga ditingkatkan mulai dari fasilitas kesehatan, tenaga medis, sampai kepada jenis obat-obatan.
Khusus untuk obat-obatan, pemerintah telah melakukan kerja sama dengan berbagai negara. Tidak tanggung-tanggung jenis obat-obatan yang terbilang sangat mahal juga akan diimpor.
“Seperti Interleukin-6 Tocilizumab. Ini yang obat mahal sekali itu juga kita impor. Remdesivir, Favipiravir, ini juga semua saya kira oleh Menteri Kesehatan sudah diimpor dan sekarang sedang dalam perjalanan,” jelas Luhut.
Dalam slide yang ditunjukkan, setidaknya ada 4 obat-obatan yang akan diimpor dari luar negeri untuk menghadapi lonjakan kasus karena varian Delta di Indonesia.
- Intravenous immune globulin (“IVIG”)
- Interleukin-6 Tocilizumab: 39,000 vials
- Remdisivir
- Favipiravir
Dalam kesempatan tersebut Luhut juga membantah anggapan bahwa pemerintah tidak memberikan perhatian serius terkait lonjakan kasus COVID-19 di Indonesia.
“Jangan ada yang beranggapan bahwa kami tidak bergerak, kami sangat bergerak,” kata Luhut.