Djawanews.com – Salah satu tokoh penceramah yang terkenal, Habib Bahar Smith menyebut pemerintah Indonesia rusak karena ulah ulama-ulamanya. Hal tersebut disampaikan ketika menjadi bintang tamu dalam podcast bersama ahli hukum dan tata negara Refly Harun.
Lantas apa penjelasan Habib Bahar soal ulama tersebut? Habib Bahar mengawali dengan gambarannya mengenai Indonesia. Menurutnya, RI merupakan rumah bagi banyak umat mulai dari Islam, Kristen, Budha, Hindu, Konghucu.
Karena berpenduduk paling besar adalah Islam, maka dia kemudian menyinggung peran orang-orang berpengaruh untuk memajukan negeri. Dalam hal ini ada peran besar ulama. jika Pemerintah Indonesia kini tengah dilanda banyak masalah, maka dia menyebut ada peran kesalahan ulama-ulamanya.
“Rakyat rusak karena pemerintah. Rusaknya pemerintah karena ulama,” katanya pada Rabu 1 Desember.
Menurutnya, banyak ulama yang saat ini meninggalkan nasehat. Di mana kebijakan yang ditetaskan pemerintah yang tak berpihak pada rakyat banyak yang diacuhkan.
“Sehingga rusaklah, pemerintah rusak karena ulama. Itu karena mereka yang berilmu menggunakan ilmunya untuk membenarkan pemerintah dengan tujuan-tujuan tak benar, mengharapkan harta, pangkat, dan jabatan,” kata Habib Bahar Smith.
Andai ada yang tak sepaham, maka akan dilawan dan dimusnahkan. Begitu juga sebaliknya. Selanjutnya, Habib Bahar kemudian menyatakan komitmennya untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Menurut Habib Bahar Smith, dalam agama sudah terdapat pesan penting, tak bisa melawan pemerintah yang sah. Akan tetapi, dirinya akan tetap berpegang teguh akan melakukan perlawanan terhadap kezaliman yang diakibatkan dari ketidakadilan, kezaliman, dan kemunkarannya.
“Jadi yang kita lawan bukan pemerintahnya, tapi ketidakadilannya, kezalimannya,” katanya.
Sejauh ini, dia menyaksikan betul bagaimana banyak orang, petinggi negeri, yang acuh terhadap persoalan rakyat-rakyat kecil. Habib Bahar mengatakan akan memperjuangkan hak dan keadilan untuk mereka.
“Kita wajib untuk bela Tanah Air kita sampai titik darah penghabisan. Kita enggak butuh 1.000 pemuda yang acuh. Kita hanya butuh 1 pemuda yang peduli pada bangsa, rakyat, dan rela mengorbankan nyawa, jiwa, raga, demi RI, daripada 1.000 pemuda yang tidak pernah peduli sama sekali,” kata Habib Bahar Smith.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.