Djawanews.com – Polemik tes PCR masih berkecamuk, hasil penjualan dikatakan mencapai Rp13 Triliun, tapi harga alatnya cuma Rp13 ribu rupiah saja.
Seperti yang kita ketahui, polemik PCR dimulai ketika Presiden RI, Joko Widodo menurunkan harga PCR menjadi Rp300 ribu hingga membuat berbagai pihak bertanya-tanya.
Pasalnya, harga PCR yang diputuskan Presiden Jokowi berbeda jauh sekali dengan masa awal pandemi di mana harganya bisa lebih dari Rp2 juta. Hal tersebut yang menjadi pertannyaan besar bagi masyarakat dan juga Mardigu Wowiek Prasantyo.
“Kalau saya sebutkan angka Rp23 triliun, apa yang ada di benak sahabat semua?” ujar Mardigu dalam narasi video yang diunggah aku Youtube Bossman Mardigu, Selasa pada 09 November.
“Tetapi kalau di kepala saya, dari beberapa pengamat ekonomi angka itu adalah angka penjualan hasil mem-PCR-kan rakyat Indonesia selama pandemi,” sambungnya.
Dijelaskan Mardigu, lebih dari 10 juta PCR test dilakukan kepada masyarakat saaat harganya melambung. Padahal, biasa satu alat tes PCR hanya Rp13 ribu.
“PCR oleh perusahaan yang katanya untuk rakyat (dari perusahaan) milik pejabat berkuasa, namun membuat rakyat harus membayar jutaan rupiah untuk sebuah tes yang nilainya hanya Rp13.000,” terangnya.
Mardigu juga tidak habis pikir, kenapa tiba-tiba harga PCR diturunkan, bahkan jauh dari harga sebelumnya. Menurutnya, kalaupun Presiden Jokowi ingin membantu rakyat, kebijakan yang diambil harusnya membebaskan biaya alias gratis tes PCR.
“Awalnya ketinggian untung kegedean lalu di turunin dikit agar terlihat seperti pahlawan. Bos, kalau pahlawan ya gratis lah tidak usah dibayar,” Pungkas Mardigu meminta tes PCR gratis.
Untuk mendapatkan warta harian terbaru lainya, ikuti portal berita Djawanews dan akun Instagram Djawanews.