Djawanews.com – Atas dampak penurunan nilai mata uang lira Turki yang mencapai 15 persen terhadap dolar Amerika Serikat, kelompok oposisi pemerintah Turki menyalahkan Presiden Recep Tayyip Erdogan.
"Pada titik ini, Anda (Erdogan) adalah masalah keamanan nasional mendasar bagi Republik Turki," katanya seperti dikutip Reuters.
Kelompok oposisi di parlemen Turki menganggap inflasi yang telah terjadi di Turki ini merupakan malapetaka yang paling gelap dalam sejarah Turki.
"Belum ada bencana seperti ini dalam sejarah Republik Turki," kata Kemal Kilicdaroglu pemimpin oposisi dari Partai Rakyat Republik pada Selasa, 23 November.
Lebih keras lagi, mantan perdana menteri Turki, Ahmet Davutoglu mengatakan bahwa kebijakan sang presiden merupakan “pengkhianatan dan bukan soal ketidaktahuan.”
Munculnya inflasi disebabkan oleh kebijakan Erdogan yang memangkas suku bunga bank sentral yang ia yakini dapat menggenjot ekspor, investasi, dan ketersediaan lapangan pekerjaan.
Namun, para ekonom Turki memandang bahwa kebijakan tersebut merupakan kebijakan yang ‘sembrono’. Dikatakan bahwa penurunan lira telah menjungkirbalikkan anggaran rumah tangga dan rencana pada masa depan.
Untuk membahas masalah inflasi lira terbesar kedua ini, Kilicdaroglu, Davutoglu, dan pemimpin oposisi lainnya mengumumkan diadakannya pertemuan darurat.
Dampak Inflasi
Inflasi dan merosotnya nilai tukar lira terhadap dolar ini menyebabkan sejumlah harga barang dan komoditas naik. Hal ini membuat warga Turki mempertimbangkan pengeluaran bulanan hingga rencana liburan.
Para pedagang di Ankara mengatakan saat ini nilai tukar lira mencapai 13,45 lira Turki per 1 dolar AS. Padahal, tahun lalu 1 dolar AS
"Saya jadi tidak dapat bekerja tanpa mengikuti pergerakan dolar. Saya rasa tidak ada satu hari pun saya tidak memperhatikan anggaran saya, dan perhitungannya berubah 100 kali lipat saat saya mendapatkan gaji bulan depan. Tidak ada yang tersisa, termasuk kertas toilet, yang saya beli tanpa berpikir dengan hati-hati," ucap seorang pekerja biro iklan di Ankara
Tak hanya para petinggi negara yang menyampaikan keluh kesahnya, netizen Turki juga menyapaikan komentar mereka terhadap inflasi di media sosial.
Bahkan topik "kami sedang tenggelam" hingga "pemerintah mundur" menjadi trending di Twitter Turki.
Di tenggara kota Diyarbakir, seorang pemilik toko membakar uang palsu di jalan sebagai simbol protes.
"Kami tidak bisa tidur, kami tidak tahu tentang masa depan kami," ucapnya.
Beberapa orang yang berbicara kepada Reuters mengatakan bahwa begitu mereka menerima gaji, mereka langsung menukarnya dengan mata uang asing.
"Saya telah meminta uang muka gaji bulanan saya hanya untuk mengubahnya menjadi dolar sehingga saya dapat mempertahankan nilai dalam penghasilan saya," kata Emirhan Metin yang berprofesi sebagai pengacara di Istanbul.
"Hampir tidak mungkin untuk fokus atau membicarakan hal lain pada saat ini," paparnya menambahkan.
Haluk, editor film lepas berusia 36 tahun, mengatakan dia sering dibayar dengan jeda enam hingga delapan bulan.
"Jadi kontrak yang saya tandatangani bulan lalu bernilai 20% lebih sedikit hari ini. Siapa yang tahu berapa nilainya ketika saya dibayar enam bulan ke depan?" papar Haluk.
Doruk Akpek, CEO sebuah startup di Turki, mengatakan dia mencoba menyimpan tabungannya dalam dolar dan mata uang kripto, tetapi menambahkan situasinya kini lebih sulit bagi mereka yang hanya memiliki lira.
"Ada juga ketidakbahagiaan psikologis, Anda melihat negara runtuh di depan mata Anda. Itu berdampak pada moral dan motivasi orang," kata Akpek.
Ingin tahu informasi lainnya? Pantau terus Djawanews dan ikuti akun Instagram milik Djawanews