Dilansir dari blog.netray.id: Beberapa waktu lalu, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) dan Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) berturut-turut melakukan demo mengkritisi 2 tahun pemerintahan Jokowi-Ma’ruf atau 7 tahun kepemimpinan Joko Widodo sebagai presiden. BEM UI membagikan rapor merah kepada sejumlah menteri. Kemudian disusul BEM SI yang turut mengajukan 12 tuntutan kepada Joko Widodo pada Kamis, 21 Oktober 2021. Tak ayal apabila 3 hari berturut, trending topik di media sosial Twiter diisi dengan liputan aksi mahasiswa tersebut. Hal yang menarik berdasarkan pengamatan Netray adalah di momen mahasiswa tuntut Jokowi tersebut para buzzer pro dan kontra berlomba-lomba eksis menaikkan opini mereka yang terekam dalam deretan trending topik mahasewa, kapanjokowilengser, apresiasi2tahunjokowi, hingga prestasijokowimendunia.
Media Monitoring Netray pun tertarik untuk mengamati lebih lanjut seperti apa aktivitas para ‘buzzer’ pro dan kontra tersebut mengawal aksi mahasiswa. Opini apa saja yang coba dibangun untuk menggiring atensi publik di jagat maya Twitter kala mahasiswa tuntut Jokowi? Simak hasil analisis Netray berikut.
Peak Time; Perbincangan Topik Aksi Mahasiswa
Berikut adalah gambaran Peak Time atau perbincangan topik aksi mahasiswa di Twitter sepanjang periode 19 Oktober hingga 25 Oktober 2021. Terlihat bahwa intensitas perbincangan netizen meningkat sejak 20 Oktober 2021 kemudian mencapai klimaks pada 22 Oktober sebelum perlahan-lahan mengalami penurunan yang signifikan (Gambar 1). Hal ini berkorelasi dengan peristiwa aksi yang terjadi serentak pada 21 Oktober baik di depan Istana Negara maupun di sejumlah daerah. Seperti yang terekam pada grafik Peak Time media massa (Gambar 2).
Aksi mahasiswa memperingati 2 tahun periode Jokowi-Ma’ruf Amin atau 7 tahun Jokowi menjabat sebagai presiden ini diikuti oleh sejumlah mahasiswa dan elemen masyarakat. Ada beberapa hal yang disoroti dalam aksi tersebut. Pertama adalah terkait kinerja menteri dan kepala lembaga negara di bawah pemerintahan Jokowi-Ma’ruf. Evaluasi ini disuarakan oleh BEM UI dalam aksi unjuk rasa pada 21 Oktober. Dalam tuntutannya, BEM UI menyampaikan isu terkait kemunduran pemberantasan korupsi di Indonesia, UU ITE, reformasi Polri, degradasi lingkungan hidup, UU Minerba dan UU Cipta Kerja serta pelanggaran HAM masa lalu.
Terkait hal tersebut, BEM UI meminta sejumlah menteri dan kepala lembaga dicopot karena kinerjanya dianggap buruk, seperti Ketua KPK Firli Bahuri, Menkumham Yasona Laoly, Menkopolhukam Mahfud MD, Menteri LHK Siti Nurbaya, Menrisetdikti Nadiem Makariem hingga Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin. Sementara Menko Marves Luhut dan Menkes Budi Gunadi masih diberi kesempatan untuk mengevaluasi kementeriannya.
Sementara itu di waktu yang sama BEM SI juga menyodorkan 12 tuntutan. Di antaranya adalah membatalkan UU Cipta Kerja, meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, mengembangkan SDA dan SDM, mewujudkan kebebasan sipil, mereformasi Polri, mewujudkan supremasi hukum dan keadilan HAM, memberhentikan Firli Bahuri, menyejahterakan guru honorer, meningkatkan kualitas pendidikan, mengembalikan independensi Badan Standar Nasional, membatalkan UU No.3 tahun 2020 tentang Minerba, mempercepat energi terbarukan, hingga menegaskan UU Pornografi. Berikut adalah gambaran subtopik yang paling banyak muncul dalam artikel terkait laporan aksi mahasiswa sepanjang seminggu pemantauan.
Terlihat sejumlah poin tuntutan yang disuarakan aliansi mahasiswa masuk dalam rangkuman Word Cloud yang paling banyak ditulis media. Bahkan, kata mundur yang dalam hal ini berkonotasi negatif dengan pemerintahan Jokowi-Ma’ruf sebagai pihak yang dituntut terlihat menonjol. Terkait hal ini, Netray mencoba menelusuri hasil survei Indikator Politik Indonesia terkait kepuasan masyarakat terhadap kinerja Presiden Joko Widodo sejak tahun 2019.
Data yang dihimpun Databoks di atas memperlihatkan tren penurunan yang signifikan sejak Juli 2019 hingga Januari 2021. Meski sempat naik pada awal April, lonjakan serius terjadi pada Juli 2021 hingga di bawah ambang batas 60%. Artinya, tingkat kepuasan terhadap kinerja Presiden berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia cenderung stagnan dengan persentase paling tinggi di angka 72% dan paling rendah di angka 59%.
Berdasarkan sosio-demografi, kalangan pria cenderung lebih tidak puas terhadap kinerja Jokowi, yaitu terlihat dari suara 39,2% responden laki-laki dan sementara perempuan 33,5%. Survei juga menunjukkan semakin rendah pendidikan responden, tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi semakin tinggi. Pada jenjang pendidikan SD misalnya, 60% responden mengaku puas dengan kinerja Jokowi, pada tingkat SMP 53% mengaku puas, dan tingkat SMA 61%mengaku puas. Sementara itu, tingkat kepuasan terhadap kinerja presiden terbilang rendah pada responden dengan jenjang kuliah, yakni 50% responden.
Mengamati Top Words Twitter Kala Mahasiswa Tuntut Jokowi
Berbeda dari apa yang terekam di media massa, monitoring media sosial Twitter memperlihatkan penampakan yang unik terkait aktivitas netizen menanggapi aksi mahasiswa pada 21 Oktober. Terlihat dari Gambar 7 di bawah ini, tagar #KapanJokowiLengser masuk dalam deretan trending topik terkait aksi mahasiswa pada periode tersebut. Selain itu, nama Jokowi paling banyak dibicarakan bersama kata demo, aksi, dan mahasiswa. Bahkan, mahasewa yang tidak terdaftar sebagai kosakata bahasa Indonesia turut muncul dan sempat trending. Lalu apa yang dibahas netizen dalam topik ‘mahasewa’ tersebut?
Tren Topik ‘Mahasewa’ di Twitter
Kata mahasewa muncul dalam 2,9 ribu tweet sejak 20 hingga 25 Oktober 2021 dengan dominasi sentimen negatif. Dari pantauan Netray, kata ‘mahasewa’ di sini sebenarnya juga digunakan untuk merujuk mahasiswa pendemo yang melakukan aksi pada 21 Oktober mengkritisi pemerintahan Jokowi. Lalu kenapa tidak menggunakan kata mahasiswa saja? Menjawab hal ini Netray mencoba melihat pola penggunaan, sentimen dan opini yang dibangun, serta siapa saja penggunanya.
Dari beberapa sampel tweet populer (Gambar 9) terkait kata kunci mahasewa berikut, dapat ditemukan arah pembahasan netizen ketika menggunakan kata ini. Mereka cenderung tidak setuju dengan para mahasiswa yang melakukan aksi serentak menuntut presiden Jokowi dan jajaran pemerintahan yang dinilai gagal memajukan negara. Terlihat bagaimana netizen menyindir dan memojokan mahasiswa atau dalam cuitannya disebut ‘mahasewa’ ini dan lebih condong berpihak kepada pemerintah. Lebih jauh lagi, apabila mengamati deretan Top People (Gambar 10), kita juga akan menemukan deretan akun yang kontra terhadap aksi mahasiswa dan memihak pemerintah.
Arah Perbincangan ‘Buzzer’ Pro dan Kontra Pemerintah
Tak hanya menaikkan opini negatif terkait mahasewa, buzzer pro pemerintah juga gencar membagikan tweet dengan sentimen positif kepada pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo sebagai pihak yang tengah dituntut mahasiswa. Mereka menaikkan #PrestasiJokowiMendunia dan #Apresiasi2TahunJokowiAmin pada 22 Okober atau pasca aksi mahasiswa ramai diperbincangkan. Tagar ini muncul bersamaan dengan tagar negatif #KapanJokowiLengser yang juga naik pada periode bersamaan. Untuk lebih jelas, dapat diamati Gambar 11 berikut.
Dari gambar di atas kita dapat melihat bahwa tren permainan tagar para buzzer ini muncul setelah aksi mahasiswa ramai dibicarakan pada 21 Okober 2021. Hal inilah yang menjadi alasan Peak Time media sosial Twitter dan media massa berbeda. Media massa cenderung menitikberatkan pada peristiwa aksi, sehingga liputan terpadat terjadi pada 20 Oktober 2021. Sementara di media sosial Twitter, lonjakan perbincangan justru terjadi pasca aksi. Hal ini terkait aktivias buzzer pro kontra yang saling eksis untuk menggiring opini publik ke arah kecenderungan mereka. Buzzer pro pemerintah mengkritisi aksi mahasiswa dan menaikkan sentimen positif dengan tagar apresiatif terhadap kinerja Joko Widodo. Sedangkan buzzer kontra pemerintah gencar mendukung aksi mahasiswa dengan turut menaikkan tagar #KapanJokowiLengser.
Demikian pantauan Netray. Simak analisis selengkapnya di blog.netray.id.