Baru-baru ini beredar kabar jika Wali Kota Surabaya ditawari menjadi menteri di Kabinet Jokowi.
Jika banyak orang berlomba-lomba ingin menjadi menteri, tidak dengan Wali Kota Surabaya. Ditawari menteri di Kabinet Jokowi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menolak.
Alasan Risma Menolak Jabatan Menteri di Kabinet Jokowi
Risma mengaku tidak mau menjadi menteri di kabinet Joko Widodo, dan dirinya menyatakan akan menolak jika ditawari jabatan tersebut.
“Enggak, kalau ditawari juga enggak mau jadi menteri,” kata Risma dilansir dari Tempo, Jakarta, Senin, 8 Juli 2019.
Alasan Risma menolak tawaran tersebut adalah dirinya ingin fokus menyelesaikan jabatannya sebagai Wali Kota Surabaya. Seperti diketahui jabatan Risma baru akan habis pada tahun 2021 nanti.
Tidak hanya pada momen pasca pemilu 2019, ketika Jokowi menang di pilpres tahun 2014 Risma juga sudah diisukan akan menjadi menteri. Bahkan saat itu, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menawarkan langsung posisi menteri kepada Risma.
Sama halnya seperti sekarang, Risma saat itu menolak tawaran tersebut lantaran dirinya ingin menyelesaikan tugasnya sebagai Wali Kota Surabaya. Sudah banyak pihak yang mendorong Risma menjadi menteri di Kabinet Jokowi, seperti gerakan #suroboyoikhlas yang diinisiasi sekelompok milenial Kota Surabaya.
Sebelumnya Jokowi dalam berbagai kesempatan kerap menyampaikan kriteria menteri yang cocok di kabinet kerjanya, di antaranya adalah muda dan visioner.
Hal tersebut kemudian diapresiasi oleh Direktur Eksekutif Pusat Studi Demokrasi dan Partai Politik Dedi Kurnia Syah Putra, yang menambahkan menteri muda juga harus mempunyai kemampuan manajemen, eksekusi program dan pengalaman organisasi.
Mungkin Wali Kota Surabaya memiliki kapasitas menjadi Menteri Jokowi, namun Risma tidaklah muda lagi. Langkah Jokowi menginginkan menteri muda memang patut diapresiasi, meskipun dalam politik modern seharusnya tidak ada pengecualian termasuk soal usia.
Pencarian Jokowi terhadap menteri berusia muda, dengan demikian juga harus memperhatikan kemampuan dan kualitas sesuai dengan kebutuhan. Kemudian siapa pun yang akan menjadi menteri, maka dia adalah yang harus bekerja pikiran dan fisik.
Hal tersebut dituturkan oleh Dedi yang melihat generasi milenial memiliki potensi lebih produktif jika ditempatkan di kementerian dengan target capaian membangun sumber daya manusia (SDM), contohnya Menteri Pemuda dan Olahraga, Menteri Tenaga Kerja atau Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo).
“Paling tidak, pos kementerian yang dipimpin anak muda akan menampakkan inovasi sesuai zaman yg diperlukan saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa tingginya jumlah warga negara produktif, memerlukan menteri yang punya kapasitas mengelola,” imbuh Dedi.
Masuknya generasi milenial pada menteri di Kabinet Jokowi, menandakan Jokowi ingin melakukan perubahan bagi kepentingan bangsa di masa mendatang. Andai Ibu Risma masih muda, pasti langsung jadi menteri meski dirinya menolak berkali-kali.