Djawanews.com – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan harus legowo diserang bertubi-tubi di akhir masa jabatannya. Mulai dari pemanggilan KPK terkait dugaan korupsi Formula E hingga Stadion Jakarta International Stadium (JIS) yang dinilai PSSI tidak layak menjadi tempat penyelenggaraan FIFA Match Day.
Terkait Formula E, kesabaran Anies diuji usai fotonya di KPK tersebut dipasang dalam satu bingkai berita berjudul "Korupsi Bukan Lagi Kejahatan Luar Biasa" oleh Harian Kompas.
Anies keberatan karena isi berita yang ditulis tidak punya kaitan dengan foto dirinya di KPK. Berita utama halaman 2 Kompas, edisi Kamis 8 September 2022 itu membahas soal pembebasan bersyarat 23 narapidana tipikor. Lalu ada pula kolom daftar napi tipikor yang dibebaskan, di samping foto Anies.
"Yang aneh: yang terpampang adalah foto Gubernur DKI. Tidak ada hubungan dengan topik yang ditulis di dalam artikel," tulis Anies di akun Instagramnya, Minggu 11 September.
Anies mengaku beberapa pemimpin Kompas telah memberi penjelasan, bahwa penempatan foto di berita tersebut adalah kelalaian. Tidak ada niatan framing buruk.
"Memang disayangkan kesalahan mendasar seperti itu terjadi di media seperti Kompas yang pastinya memiliki mekanisme pengawasan berlapis," sesal Anies.
Namun Anies senang karena keesokannya Kompas memasang berita baru yang menjelaskan secara lebih objektif terkait kedatangannya ke KPK. "Kompas hari ini memberi contoh kepada Kompas kemarin tentang bagaimana sebuah berita seharusnya ditulis," sebutnya.
Dalam masalah pemberitaan ini, ia mengaku mendapat banyak masukan agar melaporkan Kompas ke Dewan Pers. Tapi ia memilih sabar dan percaya kepada pemimpin Kompas.
"Saya memilih mempercayai penjelasan pemimpin di Kompas dan, walau banyak yang menyarankan, saya memilih tidak membawa masalah ini kepada Dewan Pers. Namun, saya memilih tetap menyampaikan catatan ini pada publik agar bisa menjadi pengingat bagi kita semua dalam bernegara dan berdemokrasi," terangnya.
Masalah Formula E belum selesai, Anies dihantam pula oleh PSSI terkait stadion kebanggaan warga DKI yang belum lama rampung dan diresmikan: JIS. Stadion yang digadang-gadang masuk dalam top 10 dunia dan memenuhi standar federasi sepak bola dunia (FIFA) ini malah disebut tak layak menggelar FIFA Match Day antara Indonesia vs Curacao pada 27 September mendatang.
Asosiasi sepak bola Indonesia ini punya banyak catatan, kenapa akhirnya JIS tak jadi digunakan sebagai lokasi pertandingan laga internasional itu.
Sekjen PSSI Yunus Nusi menyebutkan, pertama infrastruktur belum layak 100 persen. Temuan pihaknya, area drop off tim, sirkulasi aktivitas terkait pertandingan di outer perimeter masih menumpuk di barat utara.
Lalu, concourse timur belum dapat digunakan. Perimeter tribune perlu pengkajian ulang, pagar perimeter di bawah concourse barat tidak kokoh) dan sarana prasarana pendukung (kantung parkir, transportasi umum, dan jalan akses menuju stadion belum sesuai standar.
"Animo penonton sangat banyak maka perlu dilakukan simulasi terkait jumlah penonton mulai dari 25 persen - 50 persen- 75 persen- 100 persen dari perhitungan maximum safety capacity," kata Sekjen PSSI Yunus Nusi.
Kedua, sarana pendukung disebut belum sesuai standar. Seperti daya tampung parkir masih sangat kecil, yakni hanya 800 kendaraan roda empat. Lalu pintu stadion yang cuma satu, juga dikhawatirkan akan memakan waktu lama bagi penonton untuk keluar. Hingga plafon rendah. Kondisi ini menyulitkan bus tim tamu dan tuan rumah untuk masuk.
Selain catatan soal fasilitas, PSSI juga menyoroti biaya sewa JIS yang dinilai kemahalan. "Kendala lain adalah biaya sewa stadion yang tinggi. Tim sekelas Persija Jakarta pun lebih memilih stadion di Bekasi. Tentu juga selain karena infrastruktur yang belum memadai," tulis PSSI.
Menanggapi pernyataan dari PSSI tersebt, orang nomor 1 di Jakarta itu tidak menunjukkan kemarahan. Anies hanya menjawab "pelecehan PSSI" terhadap JIS dengan senyuman.
"Jawaban saya cuma senyum aja, gitu aja," kata Anies di kawasan Kota Tua, Minggu 11 September.
Kendati demikian, masalah yang datang bertubi-tubi tersebut membawa berkah bagi Anies. Menurut riset yang dilakukan Drone Emprit, Anies menempati posisi pertama tokoh yang paling populer di media sosial. Popularitas Anies di medsos mengalahkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Menteri BUMN Erick Thohir.
"Sedangkan Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa menjadi sosok yang paling rendah popularitasnya," tulis pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi di akun Twitternya, Minggu 11 September.