Djawanews logo
×
  • Masuk
  • Berita Hari Ini
  • Bisnis
    • Entrepreneur
    • Market
  • Lifestyle
    • Fashion
    • Infotainment
    • Inspirasi
    • Kesehatan
    • Relationship
  • Otomotif
  • Sepak Bola
  • Sport
  • Teknologi
  • Travel
  • Serba-serbi
  • Kriminal
  1. Home
  2. Berita Hari Ini
Diksi Koruptor Diganti Maling; Efektifkah untuk Menimbulkan Jera?

Diksi Koruptor Diganti Maling; Efektifkah untuk Menimbulkan Jera?

Usman Mahendra
Usman Mahendra 03 September 2021 at 12:19pm

Dilansir dari blog.netray.id: Bagaimana jika penggunaan diksi koruptor diganti maling? Demikian pertanyaan sekaligus permintaan netizen ketika mulai gerah dengan para koruptor di negeri ini yang semakin tak tahu diri. Meski sama-sama melakukan tindak pencurian, selama ini koruptor dan komplotan maling (termasuk jambret rampok) mendapat perlakuan yang berbeda, baik dalam penanganan hukum yang dibedakan, hingga penerimaan di masyarakat pasca keluar dari hukuman. Yang membuat publik makin resah adalah belum lama ini muncul wacana mengganti istilah koruptor menjadi lebih halus, yakni ‘penyintas korupsi’. Bahkan si ‘penyintas korupsi’ ini nantinya dapat menjadi duta antikorupsi. Tak heran apabila kegerahan publik terhadap para koruptor hingga KPK makin bertambah.

Untuk melihat bagaimana keramaian publik mengawal polemik isu penggantian istilah untuk koruptor, Media Monitoring Netray melakukan pemantauan di kanal pemberitaan dan Twitter. Hasilnya, kedua kanal memperlihatkan puncak keramaian di dua titik, yaitu pada 24 dan 30 Agustus 2021. Jika diamati, pembahasan terkait topik penggantian diksi koruptor ini lebih banyak mendapat perhatian di Twitter. Bahkan terlihat adanya pembahasan di setiap harinya.

Peak Time News
diksi koruptor diganti maling
Peak Time Twitter

Awal Mula; Polemik ‘Penyintas Korupsi’ dan Penyuluh Antikorupsi

Keributan soal penggantian diksi koruptor ini mulanya diawali dari pihak KPK yang sempat melontarkan istilah ‘penyintas korupsi’ untuk menyebut koruptor sejak akhir Maret lalu. Tak hanya itu, KPK juga mengusulkan rencana merekrut mantan narapidana korupsi sebagai penyuluh antikorupsi. Mantan napi koruptor akan diminta memberikan testimoni atau menceritakan pengalamannya selama menjalani proses hukum termasuk dampaknya pada diri sendiri, keluarga, hingga dalam kehidupan sosialnya. Hal inilah yang memicu perdebatan publik.

Sebagai Penyidik Senior KPK nonaktif, Novel Baswedan mengkritik wacana pengangkatan eks narapidana kasus korupsi menjadi penyuluh antikorupsi. Novel juga tak setuju jika koruptor disebut sebagai penyintas korupsi. Pasalnya dengan menempatkan mereka sebagai penyintas, maka orang-orang yang telah melakukan penyelewengan, kecurangan, penggelapan, hingga pengkhianatan terhadap rakyat dianggap sebagai korban. Sementara Pakar Hukum Pidana Universitas Brawijaya (UB), Prija Djatmika justru mengkhawatirkan kepercayaan publik kepada KPK yang saat ini melemah. Langkah tersebut dinilai tidak efektif dan justru akan semakin menurunkan kepercayaan publik terhadap KPK.

Dengan kata kunci penyintas korupsi Netray juga menemukan 3,8 ribu tweet terkait topik sejak wacana itu digaungkan. Sebanyak 2 ribu akun memperbincangkan topik ini dengan dominasi sentimen negatif yang memuncak pada 24 Agustus 2021.

This image has an empty alt attribute; its file name is image-8.png

Sepemikiran dengan Novel, Said Didu dan sejumlah warganet lainnya mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap wacana KPK. Mereka menilai penyebutan ‘penyintas korupsi’ bagi koruptor dianggap terlalu sopan. Pemilihan diksi ‘penyintas’ yang berarti ‘korban’ atau ‘mereka yang mampu bertahan hidup dari ancaman berbahaya’ dianggap janggal dan terkesan mengistimewakan pelaku. Apakah para koruptor adalah korban? Lalu apa sebutan bagi rakyat yang hak-haknya diambil? Demikian keresahan masyarakat yang membanjiri linimasa Twitter pada 23-24 Agustus 2021.

Diksi Koruptor Diganti Maling hingga Rampok Uang Rakyat; Bentuk Kegerahan Publik

Mencoba mewakili kegerahan publik, pada 29 Agustus lalu, Forum Pimred Pikiran Rakyat Media Network (PMRN) mulai mengganti diksi koruptor menjadi maling, rampok, dan garong uang rakyat pada artikel terbitan portal media tersebut. Forum Pimred PRMN menganggap diksi korupsi sudah tidak tepat lagi karena tidak mempermalukan atau membuat para pelakunya jera. Kegigihan PMRN mempopulerkan diksi maling uang rakyat untuk menyebut koruptor mendapat apresiasi dari berbagai pihak dan menarik perhatian masyarakat Twitter.

Pengamat hukum Universitas Trisakti Abdul Fickar Hadjar menilai ramainya penggantian istilah koruptor menjadi maling sebagai bentuk ekspresi kebahasaan yang harus dimaknai sebagai kegagalan atau tidak maksimalnya negara melalui aparatusnya termasuk KPK dalam pemberantasan korupsi. Secara tidak langsung, perubahan diksi tersebut merupakan salah satu bentuk perlawanan masyarakat dari sisi bahasa. Di Twitter, sikap Pimred PMRN mengganti istilah koruptor menjadi maling mendapat apresiasi.

Perubahan Istilah Koruptor Menjadi Maling, Pencuri, Rampok; Efektifkah?

Meski demikian, ada sejumlah pihak yang tidak sepakat dengan penggantian istilah bagi koruptor. Pengamat hukum Tris Haryanto menilai perubahan istilah tersebut tidak memberikan dampak besar terhadap permasalahan utamanya. Ia lebih mengharapkan pemerintah menindak para pelaku korupsi dengan memberikan sanksi hukuman tegas tanpa adanya keistimewaan atau pilih kasih yang bertujuan memberikan efek jera bagi para pelaku.

Sementara memandang sisi jurnalistik, Ketua Komisi Pengaduan dan Penegakan Etika Pers Dewan Pers Arif Zulkifli juga mengkhawatirkan penggunaan istilah-istilah tersebut justru akan memicu masalah bagi pekerja media. Arif menilai sebutan ini sensitif saat digunakan di dalam pemberitaan. Malah, lanjut dia bisa menyebabkan orang yang disebut maling ini menuntut media karena dianggap mencemarkan nama baik dan mengabaikan kode etik jurnalistik, meski dirinya memang pelaku kasus korupsi. Oleh karena itu, Arif menyarankan media untuk tidak terlalu emosional menanggapi fenomena ini.

Penutup

Selama ini kita menyebut pelaku kejahatan pencurian dengan beragam istilah, mulai dari maling, rampok, begal, jambret, hingga koruptor. Namun, sebenarnya keempat diksi tersebut mengacu pada perbuatan yang sama buruknya, yaitu mengambil uang atau barang yang bukan miliknya. Yang membedakan hanya caranya saja. Maling, rampok, begal, dan jambret menggunakan cara yang kasar, melibatkan dirinya secara langsung bahkan tak jarang disertai kekerasan untuk melemahkan korban. Sementara koruptor melakukan penyalahgunaan uang (negara, perusahaan, organisasi) untuk keuntungan pribadi tanpa kekerasan tapi hasil yang didapat jauh lebih besar dan merugikan lebih banyak pihak. Namun, faktanya perlakuan hukum yang diterima keduanya kerap menunjukkan kesenjangan.

Sementara lembaga yang seharusnya menjadi andalan justru mengusulkan wacana perekrutan eks napi koruptor sebagai penyuluh antikorupsi dan membuat publik makin gerah dengan menyebut mereka sebagai penyintas korupsi. Tak berlebihan jika masyarakat berbalik berteriak lantang mengganti diksi koruptor dengan maling. Namun, yang perlu diingat sebenarnya adalah bagaimana pemerintah seharusnya memberikan contoh yang tegas dalam memberantas korupsi agar keributan ini tak berlarut-larut. Sebab penggantian istilah koruptor menjadi maling atau yang lebih buruk tak akan membuat pelaku jera apabila hukuman dan perlakuan penegak hukum terhadap mereka masih tunduk dan lemah.

Demikian analisis Netray. Simak analisis lainnya di blog.netray.id.

Bagikan:
#duta antikorupsi#koruptor maling#media monitoring netray#Netray#penyintas korupsi

Berita Terkait

    Apa Itu Teknologi Modifikasi Cuaca? Untuk Pertanian hingga Penanggulangan Bencana
    Berita Hari Ini

    Apa Itu Teknologi Modifikasi Cuaca? Untuk Pertanian hingga Penanggulangan Bencana

    Djawanews.com - Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) telah menjadi bagian penting dalam pembangunan Indonesia sejak tahun 1977. Awalnya, teknologi ini diperkenalkan untuk mendukung sektor pertanian melalui program hujan ....
    Saiful Ardianto
    Saiful Ardianto
  • Seberapa Peluang Indonesia Jadi Pusat Energi Terbarukan di ASEAN dan Pemimpin Global?
    Berita Hari Ini

    Seberapa Peluang Indonesia Jadi Pusat Energi Terbarukan di ASEAN dan Pemimpin Global?

    Saiful Ardianto 14 Aug 2025 10:34
  • Bendungan Batangtoru Terus Digenjot: Proyek Strategis untuk Kesejahteraan Sumatera Utara?
    Berita Hari Ini

    Bendungan Batangtoru Terus Digenjot: Proyek Strategis untuk Kesejahteraan Sumatera Utara?

    Saiful Ardianto 14 Aug 2025 10:28
  • PLTA Danau Kerinci: Kesepakatan Rakyat yang Segarkan Pembangunan Berkelanjutan
    Berita Hari Ini

    PLTA Danau Kerinci: Kesepakatan Rakyat yang Segarkan Pembangunan Berkelanjutan

    Djawanews.com - Proyek Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Danau Kerinci telah kembali menemui titik terang. Melalui kesepakatan antara PT Kerinci Merangin Hidro (KMH) dan warga setempat, ....
    Saiful Ardianto
    Saiful Ardianto
  • Apa Itu Dual Growth Strategy: Langkah Strategis Pertamina Wujudkan Ketahanan Energi Nasional?
    Berita Hari Ini

    Apa Itu Dual Growth Strategy: Langkah Strategis Pertamina Wujudkan Ketahanan Energi Nasional?

    Saiful Ardianto 13 Aug 2025 07:01
  • Alasan PLTA Sungai Gumbasa Jadi Solusi Energi Bersih untuk Sulawesi Tengah?
    Berita Hari Ini

    Alasan PLTA Sungai Gumbasa Jadi Solusi Energi Bersih untuk Sulawesi Tengah?

    Saiful Ardianto 12 Aug 2025 10:41

Anda Harus Tahu

Pasangan Calon Pengantin Dianjurkan Vaksin Sebelum Menikah, Apa Saja Jenisnya?
Kesehatan

Pasangan Calon Pengantin Dianjurkan Vaksin Sebelum Menikah, Apa Saja Jenisnya?

Polusi Udara Memburuk, Ketahui 7 Langkah Melindungi Paru-paru Anda
Lifestyle

Polusi Udara Memburuk, Ketahui 7 Langkah Melindungi Paru-paru Anda

Kesalahan Makan Yogurt yang Bisa Bikin Tubuh Makin Melar
Lifestyle

Kesalahan Makan Yogurt yang Bisa Bikin Tubuh Makin Melar

Simpan Banyak File tanpa Bikin Ponsel Lemot, Ketahui 7 Tips Hemat Memori Android
Teknologi

Simpan Banyak File tanpa Bikin Ponsel Lemot, Ketahui 7 Tips Hemat Memori Android

Mudik Bersama Anak, Jangan Lupakan Obat Ini!
Lifestyle

Mudik Bersama Anak, Jangan Lupakan Obat Ini!

Pakar Bagikan Kiat Memilih Olahraga saat Menjalankan Puasa Ramadan
Kesehatan

Pakar Bagikan Kiat Memilih Olahraga saat Menjalankan Puasa Ramadan

Populer

Apa Itu Dual Growth Strategy: Langkah Strategis Pertamina Wujudkan Ketahanan Energi Nasional?
Berita Hari Ini

1

Apa Itu Dual Growth Strategy: Langkah Strategis Pertamina Wujudkan Ketahanan Energi Nasional?

PLTA Sigura-Gura: Pembangkit Listrik Bawah Tanah Pertama Indonesia yang Ikonik
Berita Hari Ini

2

PLTA Sigura-Gura: Pembangkit Listrik Bawah Tanah Pertama Indonesia yang Ikonik

PLTA Sungai Gumbasa Jadi Sumbu Potensi Energi Bersih di Sulawesi Tengah?
Berita Hari Ini

3

PLTA Sungai Gumbasa Jadi Sumbu Potensi Energi Bersih di Sulawesi Tengah?

Alasan PLTA Sungai Gumbasa Jadi Solusi Energi Bersih untuk Sulawesi Tengah?
Berita Hari Ini

4

Alasan PLTA Sungai Gumbasa Jadi Solusi Energi Bersih untuk Sulawesi Tengah?

Investasi Sektor ESDM Terbang, Tembus Rp225,9 Triliun pada Semester I 2025?
Berita Hari Ini

5

Investasi Sektor ESDM Terbang, Tembus Rp225,9 Triliun pada Semester I 2025?

Pilihan Editor

Lukisan Danang Farshad di ARTJOG 2024, Tentang Konservasi Laut dan Serangan Alien
Berita Hari Ini

Lukisan Danang Farshad di ARTJOG 2024, Tentang Konservasi Laut dan Serangan Alien

Jokowi: Saya Mengenal Rizal Ramli sebagai Ekonom Cerdas dan Aktivis Kritis karena Cinta terhadap Bangsanya
Berita Hari Ini

Jokowi: Saya Mengenal Rizal Ramli sebagai Ekonom Cerdas dan Aktivis Kritis karena Cinta terhadap Bangsanya

Tak Ingin Ada Konflik Internal di Timnas AMIN, Ahmad Ali Minta Maaf ke Sudirman Said
Berita Hari Ini

Tak Ingin Ada Konflik Internal di Timnas AMIN, Ahmad Ali Minta Maaf ke Sudirman Said

BNPT: Sebanyak 148 Teroris Ditangkap Sepanjang 2023, Didominasi JII dan JAD
Berita Hari Ini

BNPT: Sebanyak 148 Teroris Ditangkap Sepanjang 2023, Didominasi JII dan JAD

Representasikan Wisata Budaya, Satpam Borobudur Pakai Seragam Bernuansa Jawa
Berita Hari Ini

Representasikan Wisata Budaya, Satpam Borobudur Pakai Seragam Bernuansa Jawa

Mahasiswa IPB yang Hilang Saat Penelitian di Pulau Sempu Ditemukan Sudah Tak Bernyawa
Berita Hari Ini

Mahasiswa IPB yang Hilang Saat Penelitian di Pulau Sempu Ditemukan Sudah Tak Bernyawa

Follow Google News Kami: Djawanews logo
Djawanews logo
Tentang Kami Kontak Kami Privacy Policy Redaksi Pedoman Media Siber Karir
fb
tw
ig
© Copyright 2025 Djawanews Media Utama
arrow-up